Bagikandakwah - Sahabat Dakwah mengalami pertengkaran dengan pasangan ialah hal yang melelahkan. Selain menguras emosi juga mengganggu aktifitas keseharian. Namun, tak ada rumah tangga tanpa masalah. Dan terkadang masalah itu berujung pada pertengkaran. Hal tersebut wajar. Dan bagaimana suami-istri menghadapi pertengkaran tersebut akan menjadi indikasi kedewasaan dalam berumah tangga.
Mengambil sikap diam sejenak merupakan alternatif terbaik. Berikut alasannya.
1. Diam memberikan waktu untuk mengurai emosi. Saat akan marah, tentu emosi tak terkendali. Ingin rasanya mengeluarkan semua kekesalan baik melalui ucapan maupun tindakan. Diam artinya menahan mulut dan anggota badan agar tidak melakukan hal-hal yang justru merugikan diri maupun orang lain. Semisal saat bertengkar menyakiti badan atau melempar barang-barang. Dengan diam, emosi akan perlahan reda. Perbanyak istighfar agar dijauhkan dari bisikan syetan.
2. Dengan diam ada kesempatan untuk mengevaluasi diri. Jangan egois menganggap bahwa permasalah hanya disebabkan oleh orang lain atau pasangan. Boleh jadi sifat dan sikap kita juga menjadi penyebab permasalahan hadir.
2. Dengan diam ada kesempatan untuk mengevaluasi diri. Jangan egois menganggap bahwa permasalah hanya disebabkan oleh orang lain atau pasangan. Boleh jadi sifat dan sikap kita juga menjadi penyebab permasalahan hadir.
3. Saat diam manfaatkan untuk memohon ampun pada Allah atas doa yang sadar atau tidak kita dan pasangan lakukan. Dalam Islam manakala sedang emosi sangat dianjurkan untuk berwudhu dan sholat. Ini terapi jiwa yang sangat baik bagi siapapun termasuk suami-istri yang sedang bertengkar.
Baca Juga : Para Suami Baca Ini : Meski Dalam Keadaan Marah, SuamiDilarang Membentak Istri
4. Diam juga berarti tak terburu-buru mengadukan masalah kepada orang lain semisal keluarga besar. Sebisa mungkin selesaikan berdua dengan pasangan. Bila masalah sudah sampai ke pihak keluarga mungkin ada aib pasangan yang ikut terbuka. Juga akan berpotensi menyebabkan ghibah.
5. Tetaplah diam meski salah seorang baik istri atau suami meluapkan emosi semisal dengan marah. Selama tak melakukan hal yang berbahaya, dengarkan saja semua kekesalan pasangan karena sejatinya ia sedang ingin didengar.
Kisah Khalifah Umar bin Khattab yang tetap sabar bahkan menceritakan kebaikan-kebaikan istrinya saat ditanya tentang bagaimana ia diam saja saat dimarahi istrinya ialah salah satu contoh sikap diam yang mulia.
6. Diam ialah bentuk pertengkaran yang relatif lebih aman bagi anak-anak. Walaupun sedang bertengkar dengan pasangan tentu saja sikap kita terhadap anak harus sebisa mungkin seperti biasa. Untuk anak yang belum baligh, lebih baik mereka tidak mengetahui kalau orang tuanya sedang memiliki permasalahan. Sementara untuk anak yang sudah baliqh, berikan pengertian bahwa ayah dan ibunya sedang berusaha menyelesaikan permasalahan. Dan yakinkan bahwa semua akan berakhir dengan baik.
7. Sembari diam, pikirkan solusi yang dapat ditawarkan pada pasangan. Solusi ini tentu saja harus sesuai dengan aturan Islam. Bisa coba baca referensi atau bertanya langsung dengan ahlinya sesuai permasalahan yang dihadapi.
8. Diam harus diakhiri dengan berbicara secara terbuka kepada pasangan. Apa masalah sebenarnya yang menyebabkan bertengkar? Apa pilihan solusinya? Apa langkah terbaik menyelesaikannya? Dan pastinya, buatlah komitmen bersama agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.
Sahabat dakwah memilih diam sejenak bukan perkara gampang saat bertengkar dengan suami/istri. Jangan sampai pertengkaran membuat permasalahan yang sebenarnya kecil menjadi tidak terselesaikan. Jadikan pertengkaran sebagai bumbu perekat cinta dalam rumah tangga.
Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah warohmah.Amiin
Sumber:Ummi-online