BagikanDakwah
– Sahabat dakwah yang kami hormati, apabila seseorang telah menikah lagi (poligami)
apa boleh tidak memberitahu istri pertama alias diam-diam (kucing-kucingan)
bahkan istri pertama tidak mengetahui bahwa suaminya sudah nikah lagi dengan
perempuan lain?
Syaikh Ibnu
Jibrin rahimahullah pernah ditanya apakah disyaratkan untuk sahnya nikah,
seorang suami yang ingin poligami harus mengakui bahwa statusnya telah menikah
dengan wanita lain ketika tidak ditanya hal tersebut. Apakah ada konsekuensi
jika ia berbohong mengatakan belum menikah saat ditanya (padahal sudah punya
istri dan anak)?
Jawaban Syaikh Jibrin,
Yang jelas
seorang pria tidak mesti mengabarkan pada istri kedua atau keluarganya bahwa ia
telah menikah sebelumnya (masih berkeluarga) ketika tidak ditanya.
Akan tetapi
hal itu mustahil tersembunyi. Karena yang namanya nikah pasti akan menelusuri
dan ingin mencari tahu keadaan masing-masing pasangan sebelum terjadinya akad,
lantas diputuskan pantas ataukah tidak dijadikan pasangan.
Yang jelas
tidak boleh sampai menyembunyikan status dari kenyataan.
Jika sampai
ada dusta di antara pasangan suami-istri tersebut, lantas akad sudah berlangsung,
maka ada hak khiyar (memutuskan untuk lanjut ataukah tidak, pen.). Jika salah
satunya mengaku bahwa ia belum menikah, padahal itu dusta, maka boleh memilih
untuk fasekh (membatalkan nikah, pen.) atau boleh tetap lanjut. Begitu pula
ketika ada yang mengaku sebagai gadis padahal tidak lagi gadis, maka boleh
memilih lanjut ataukah membatalkan nikah. (Diambil dari Fawaid wa Fatawa
Tahummu Al-Mar’ah Al-Muslimah, 114)
Kejujuran
itu penting. Nikah atau berpoligami dengan kucing-kucingan pasti akan penuh
dengan kedustaan. Tak percaya?
Ibnu Mas’ud
menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ
فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى
الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Bila seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim, no. 2607)
Sahabat dakwah, Karena
berpoligami itu ialah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau
sendiri mengajarkan kejujuran, maka berpoligami hendaklah berani untuk jujur.
Semoga
bermanfaat.
Wallahu
waliyyut taufiq.
Sumber : rumaysho.com