BagikanDakwah
– Sahabat Dakwah, Pernahkah kita menyadari bahwa istri lah yang bangun lebih
pagi daripada kita, karena sang istri harus menyiapkan sarapan untuk keluarga.
Sehingga pada saat suami bangun pagi, makanan sudah tersedia. Bahkan istri
cukup repot mengurus anak-anak yang harus berangkat ke sekolah. Setelah suami
berangkat kerja, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, istri harus mencuci
pakaian, belanja, dan memasak untuk makan siang. Lewat tengah hari memberi
makan anak-anak, membimbingnya untuk tidur siang, lalu bersih-bersih, dn
menyiapkan anak-anak berangkat mengaji, kemudian menyiapkan makan malam,
bersih-bersih diri karena sebentar lagi suami pulang dari kantor. Malam
menemani anak-anak belajar, lalu ketika anak-anak mulai berangkat tidur,
melayani suami sebagai tugas mulia.
Sampai
suami tertidur pulas dan mendengkur, barulah istri merebahkan badannya
perlahan-lahan dan memejamkan mata. Untuk kemudian bangun pagi-pagi sekali
sebelum suami dan anak-anak terbangun. Begitulah rutinitas kehidupan seorang
istri dalam rumah tangga. Apakah istri tidak layak mendapat penghormatan besar
sari suami, terhadap jasanya yang tidak merasa lelah mengurus anak-anak dan
keluarga?
Jika
anggota keluarga sakit, roda kehidupan rumah tangga harus tetap berjalan,
sehingga istri harus pontang panting menghadapi semuanya. Kalau suami sakit,
segala kehidupan rumah tangga juga harus tetap berjalan. Bila istri yang sakit,
bisa dipastikan aktivitas rumah tangga akan tersendat. Begitu besarnya peranan
istri dalam rumah tangga, sehingga seakan-akan tidak boleh sakit. Selain itu,
diantara tugas-tugas rutin menyita waktu yang penuh, istri juga harus tampil
tetap cantik, kelihatan segar di mata suaminya.
Jika kesibukan
rumah tangga membuat penampilan jadi kedodoran, tidak bergairah, kuyu dan
keletihan, banyak mengeluh, akan membuat pandangan suami menjadi negatif.
Kehidupan rumah tangga yang dihadapi seorang istri, akan jauh berbeda dengan
ketika pertama kali memasuki kamar pengantin, penuh kemesraaan, dan segalanya
hanya untuk berdua, Semakin hari, perubahan bulan dan tahun, setelah hadir
anak-anak, aktivitas istri semakin terus bertambah. Namun, banyak suami tidak
sedikitpun melirik, dan menyadari peranan istri yang begitu besar dalam rumah
tangga, ketika menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Malah ada suami
yang menggerutu ketika melihat istrinya tidak dapt tampil cantik dan segar,
hanya karena tuntutan kesibukan sehari-hari yang mendera hidupnya. Sebenarnya
sebagai seorang suami dapat merasakan keberadaan seorang istri dalam rumah
tangga dengan rasa kemanusiaan. Betapa besar dan repotnya tugas istri dalam
rumah tangga, ini yang sebaiknya disadari suami, lalu menjalin saling
pengertian dan penuh perhatian dengan usaha dan cara-cara yang tepat, agar
beban rumah tangga itu tidak terasa berat. Perhatian suami terhadap istrinya
yang sudah bekerja keras untuk keluarganya itu dapat merupakan cermin memiliki
kehendak yang searah, sama-sama menginginkan kebaikan dan keindahan rumah
tangga, menginginkan kemuliaan dan keselamatan dunia akhirat.
Kalau
diawal pernikahan, pandangan suami terhadap istrinya ialah kecantikannnya, pada
perjalanan berikutnya ialah, pandangan suami terhadap penghargaan kerja keras
istri, ketulusannya mengurus keluarga, keramahtamahan, dan kehangatan yang di
tengah kesibukannya mengurus keluarga tetap senatiasa terpancar untuk
kenikmatan dirinya. Hati suami sesungguhnya juga cermin, apakah ia memiliki
rasa terima kasih terhadap kerja keras istrinya, atau mengabaikannnya, bahkan
mencelanya setelah kondisinya yang keletihan dan tidak bersemangat. Keadaan
lesu sang istri yang keletihan karena kerja keras setiap harinya itu, terkadang
malah dijadikan alasan-alasan suami untuk berniat melirik wanita lain yang
lebih muda, bergairah, dan cantik. Dari sinilah sering awal keindahan rumah
tangga mulai memudar.
Artinya,
pengertian suami sangat diperlukan, kapan saat membutuhkan penampilan istri
cantik, segar dan prima. Apabila istri tidak dapat bersikap seperti yang
dikehendaki, karena dalam kesibukan mengurus anak yang rewel, dan rumah
senantiasa berantakan oleh tingkah laku anak, kata Ruqayyah Warsi Magsood;
“Akuilah kerja keras dan pengorbanan mereka, nyatakan kebutuhan Anda dengan kehormatan.”
Perlu
diingat, seorang wanita yang mau dilamar menjadi seorang istri dari seorang
laki-laki dan bersedia meninggalkan rumah orang tuanya, karena menginginkan
suami dapat melindunginya, menghormatinya, yang mencumbuinya, suami memberi
waktu untuknya, sehingga waktu tidak hanya untuk pekerjaan rumah dan mengurus
anak-anak saja. Suami harus mencontoh kehidupan Rasulullah SAW sebagai pemimpin
pertempuran dimana-mana, tetapi ketika bersama istri-istrinya senantiasa
memberikan kasih sayang dan kedamaian, tidak membebani istri, berusaha
meringankan tugas-tugas istri, dan selalu menghindari kata-kata kasar dan
menyakitkan.
Sabda Rasulullah Saw : ”Orang yang
paling baik diantara kalian ialah yang paling baik kepada istrinya, dan aku ialah
yang paling baik kepada istriku”.
Suatu hal
yang harus diketahui suami, bahwa hadiah termahal yang diberikan suami kepada
istrinya dan anak-anaknya ialah berdialog, berkomunikasi, menyediakan
kesempatan dan waktu untuk dapat bercanda. Apabila kita lihat kehidupan rumah
tangga Rasulullah SAW bersama para istrinya, maka kehidupannya merupakan contoh
bagaimana canda tawa, cumbu rayu, kemesraan, sanjungan, keakraban selalu
menghiasi dengan pujian-pujian. Jika suami telah menutup mata dengan hal-hal
yang baik seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW itu, berarti hatinya sudah
terhimpit batu keras, sehingga perilaku seperti batu. Sementara kita hidup
dengan ruh, bukan jasad saja, bagaikan batu. Kita bukan seperti batu yang tidak
punya ruh. Kita memiliki kehangatan yang selalu diiringi senyuman, sapaan manis
yang dapat menghilangkan beban kelelahan fisik sitri yang telah bekerja keras
dari pagi buta hingga larut malam, sehingga hatinya menjdai berbunga dengan
pujian. Mengapa tidak bercermin pada rumah tangga Rasulullah SAW, yang pantas
dijadikan teladan? Firman Allah SWT :
“Sesunggunya
telah ada pada Rasulullah (Muhammad SAW) teladan yang baik bagi siapa yang
mengharap (anugrah) Allah dan (ganjaran di) Hari Kemudian, serta banyak
menyebut nama Allah” (Q.S AL-Ahzab :21)
Pujian
memang sangat disenangi wanita dan dapat membesarkan hatinya sesuai dengan
fitrahnya menyenangi hiasan dan pujian. Bagi seorang istri, pujian ialah dasar
yang kuat menjadi pondasi hubu-ngan rasa cinta, kasih sayang, produktivitas dan
pembinaan. Pujian akan menciptakan suasana yang kondusif untuk menguatkan
hubu-ngan-hubu-ngan itu agar menghasilkan sesuatu yang diharapkan, yaitu kebaikan
rumah tangga.
Pujian bagi
istri ialah hal yang paling berharga lebih dari perhiasan yang mahal dan baju
baru yang indah, karena perasaan dicintai akan muncul dari pujian itu, dan
merupakan semangat bagi jiwa, tak ubahnya makanan vitamin bagi tubuh yang
lelah. Berterima kasihlah kepada istri yang dengan tangannya, kesungguhannya,
ketulusannnya telah menyediakan waktunya untuk menyiapkan segala kebutuhan
rumah tangga.
Baca Juga : Wahai Suami, Manjakanlah Istrimu Sebagaimana Ia Memanjakan Anakmu
Ucapkanlah
selamat dan terima kasih atas pelayanan dan kebersamaannya dengan kita,
kesanggupannya menjaga rumah dan anak-anak dengan baik. Katakan semua itu
dengan jujur dan penuh mesra, itu sudah membuatnya bahagia dan menanamkan kasih
sayang di hati istri kita. Bila hati istri senang, ia akan lebih hangat
melayani suami dan hidup menjadi tentram dan tenang. Rasulullah AW bersabda :
”Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik ahlaknya, dan
manusia terbaik diantara kalian ialah yang tebaik kepada istri-istrinya”.
Kebersamaan
suami istri dalam rumah tangga ialah diwarnai saling menghormati. Terutama
suami memberi penghormatan yang tinggi terhadap kerja keras istri shalelah,
yang dirangkum dalam kecintaan yang suci dan setia kepada pasangannya, yang
telah menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Kehidupan suami istri
yang baik saling pengertian, dan mau berterima kasih, sehingga akan menjadikan
rumah tangga kompak dan istimewa. Masing-masing suami istri menjalankan
kewajiban, tugas dan haknya, menuju kea rah membangun rumah tangga bahagia. Dan
bagi suami tidak akan mendatangkan bahaya jika berterima kasih kepada istrinya
yang telah bangun lebih pagi, dan tidur larut malam saat semua keluarga sudah terlelap,
lalu sehari-hari waktunya penuh mengabdi kepada kepentingan rumah tangga.
Disadari
atau tidak, pekerjaan para istri lebih banyak daripada suami. Dari pagi sampai
malam hari, pekerjaan mereka seolah tidak ada hentinya. Mulai dari mengurus
anak-anak, melayani keperluan dan kebutuhan suami, hingga mengerjakan pekerjaan
rumah tangga lainnya. Itulah sebabnya, seorang suami harus menghargai jerih
payah istrinya. Diantaranya :
1] Memberikan
pujian atas semua pekerjaanya dan tidak melecehkan kelemahannya.
2] Memberi
dukungan moral dan bantuan tenaga untuk meringankan beban tugas dan perannya.
3] Jika
memungkinkan, penuhi segala keperluan yang dapat memudahkan tugas-tugasnya itu.
4] Memberikan
hadiah tertentu yang dapat menyenangkan hatinya. Tentu bukan mahalnya yang jadi
prioritas, tetapi bentuk kesungguhan perhatian yang lebih utama.
Semoga kita
semua mendapat pasangan yang setia, sholeh/sholehah dan menjadi keluarga yang
sakinah mawadah warahmah, serta kelak dimasukkan ke dalam surga yang terindah.
Sumber : kajian-ukhuwah.blogspot.co.id