BagikanDakwah
– Sahabat Dakwah, Sampai saat ini kita hidup di zaman di mana kebanyakan orang
hanya mempedulikan diri sendiri dan tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.
Benarkah hal demikian terjadi saat ini saudaraku ?
Banyak dari
kalangan pemuda dan pemudi sehat wal afiat tak bersedia berdiri dari kursi
prioritas sekalipun di hadapannya ada ibu hamil berdiri dengan membawa banyak
tentengan. Pikir mereka, "Gue juga bayar, gue juga pegal kalau berdiri,
gue duluan yang dapat kursi ini."
Mereka
tidak berpikir sebaliknya, kalau gue yang gak hamil aja gak kuat berdiri lama,
apalagi yang hamil, apalagi yang gendong anak.
Tak sedikit
pula anak muda sekarang yang dengan gampang mengeluarkan perkataan kasar
semisal "Bangs*t, brengs*k, si*lan," dan juga sederet nama hewan yang
ditujukan untuk manusia kawan dekatnya sendiri. Atau memaki dengan kekurangan
fisik seperti, "Woy Gendut, pesek, kuntet, dan sebagainya."
Mereka tak
bisa menjaga perasaan orang lain, jangankan menjaga... Peduli pun tidak.
Atau dalam
konteks pernikahan, masih banyak suami yang tidak bisa menjaga perasaan
istrinya. Ada perempuan cantik lewat, langsung menyindir istri, "Coba
istriku secantik itu, kamu mustinya begitu dong... Bisa jaga badan, pakai make
up!"
Suami
seperti ini tidak mikir, berapa juta Rupiah yang dikeluarkan perempuan cantik
itu sehingga bisa terawat kayak gitu, "Kasihan istriku harus rela badannya
melar karena melahirkan anak-anakku. Gajiku juga tidak cukup beli perawatan
wajah dan muka yang jutaan. Aku akan makin sayang sama istri." Mustinya
kan mikir begitu tho.
Atau, istri
yang tidak bisa jaga perasaan suami juga banyak. "Lihat tuh Mas, tetangga
pada punya furniture baru, motor baru, padahal gajinya sama kayak kamu,
sabetannya banyak kali yaa. Kamu ini gaji segitu-gitu aja, gak nyari tambahan,
buat makan aja kurang, dasar suami pemalas!"
Istri
seperti ini tidak mikir, seberapa ketat istri tetangganya tersebut dalam
mengatur keuangan, hanya makan tahu tempe atau nasi dengan garam agar bisa
menabung, juga tidak pernah jalan-jalan ke mall, atau memanggil semua
abang-abang makanan yang lewat, karena masalah keuangan bukan hanya penghasilan
yang sedikit, tapi juga pengeluaran yang berlebihan.
Sahabat dakwah,
padahal kemampuan menjaga perasaan orang lain dari kejahatan lisan kita
merupakan salah satu kriteria seorang muslim:
”Orang
Islam adalah orang yang menyelamatkan orang lainnya dari lidah dan
tangannya." (HR. Bukhari)
Bagaimana
mungkin kita mengaku Islam, tapi tak mampu menjaga perasaan orang lain dari
kejahatan lisan dan perbuatan kita.
"Sesungguhnya
ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang diridhai Allah yang ia
anggap biasa, lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan
ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah
murka yang ia anggap biasa lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR.
Bukhari)
Baca Juga : Banyak Yang Tidak Tahu, Tenyata Tindakan ini Membuat Rezeki Terhenti
Nah, selain
perlu belajar menjaga perasaan orang lain. Sebaliknya, kita pun penting untuk
membentengi hati kita agar tak mudah baperan. Jangan sampai cuma dengar
perkataan selentingan saja langsung tersinggung, langsung mendoakan orang lain
yang menyakiti hati kita agar masuk neraka, hadeuh...
Orang
baperan juga tidak sesuai sunah Rasulullah. Bukankah Rasulullah adalah seorang
pemaaf? Dan bukankah dalam Quran sangat banyak anjuran untuk memaafkan? Mengapa
kita malah gampang sekali bawa perasaan dan mendendam?
"Dan
orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)
Dalam
mengarungi rumah tangga, akan sangat banyak hal yang berpotensi membuat baper,
perkataan pasangan hidup, perkataan mertua, ipar, tetangga, sungguh bahaya jika
hati kia ringkih karena mudah baper.
Mendengar
selentingan sedikit saja, langsung marah-marah. Di jalan raya disalip
pengendara lain, langsung emosi tinggi. Dengar gosip tetangga langsung pindah
rumah. Orang baperan seperti ini bukankah tidak sesuai sunah Rasulullah?
Rasulullah
adalah seorang pemaaf kan? Apa yang membuat kita langsung mendoakan orang yang
menyakiti kita masuk neraka misalnya?
Dan
bukankah dalam Quran sangat banyak anjuran untuk memaafkan? Mengapa kita malah
gampang sekali bawa perasaan dan mendendam?
"Dan
orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)
Seringkali
orang yg gampang baperan terkadang jadi orang yg paling sulit dinasehati.
Karena mereka lebih mengikuti perasaannya sendiri
"Tapi
kan harusnya dia begini..."
"Tapi
kan harusnya dia begitu..."
Padahal
daripada menyuruh orang lain menjaga perasaan kita, lebih mudah untuk membuat
perasaan kita lebih kebal dan tak gampang baper. Bagaimana caranya? Berikut ini
tipsnya
1]
Menyadari bahwa jika kita 'lembek' terhadap dunia ini, maka dunia ini akan
terasa 'keras' untuk kita. Kalau kita perhatikan sejarah Nabi, tidak ada
Sahabat yang baperan kan?
Bahkan
Rasulullah sekalipun ditimpuki batu oleh penduduk Thaif, sekalipun sudah
diusir, dihinakan, dibilang 'gila', bahkan beliau diberi wewenang untuk meminta
pada Allah agar penduduk Thaif dimusnahkan, Beliau tidak melakukannya
Betapa
dahsyat karakter beliau yang tidak gampang terbawa perasaan dan emosi.
Setidaknya, kita sebagai umat beliau, bersedialah minimalisir sifat gampang
baperan.
Dikomentari
mertua (buat yg sudah rumah tangga), tak usahlah dimasukkan ke hati begitu
dalam. Mendapat undangan nikah teman (buat yg masih jomblo), tak perlu lah
langsung berlinang air mata. Gagal taaruf, janganlah langsung menarik diri dan
tak mau percaya proses taaruf lagi. Musti bye bye baper lah yaa
Kalau kita
terlalu lembek, semua orang terasa kejam pada kita. Tapi kalau kita tegas dan
tidak mengikuti perasaan, maka segalanya akan lebih mudah dijalani
Mertua
meledek rumah berantakan, nyengir aja sambil bilang "Iya niih Bu..."
Diledekin
sebagai jomblo "Kapan sih nikahnya? Gak ada yang mau sama lo ya?"
Nyengir aja
santai, "In shaa Allah tahun ini. Doain aja ya." Tak perlu baperan,
tersinggung lah yaa
2]
Menyadari bahwa memaafkan itu ialah ciri-ciri penghuni surga
Setiap ada
orang yg bikin kita tersinggung, bersyukurlah. Barangkali itu adalah tiket
supaya kita bisa ke surga. Barangkali amalan ibadah kita kurang baik, shalat
sekadarnya, waktu shalat malam bablas tidur terus, ngaji quran nggak kuat sejuz
sehari,
Barangkali
dengan memaafkan orang lain, Allah ridho dan memaafkan dosa-dosa kita. Ada 1
pintu di surga yg khusus untuk orang-orang yang mudah memaafkan:
“Sesungguhnya
Allah memiliki sebuah pintu di surga, tidaklah yang masuk melaluinya kecuali
orang-orang yang memaafkan kezaliman.” (HR. Ahmad)
3] Tips
selanjutnya agar tidak mudah baperan ialah dengan belajar mengomunikasikan
perasaan kita
Banyak
orang jadi mudah baper karena keseringan menahan perasaannya, tidak disalurkan
dg komunikasi yg tepat. Coba deh belajar mengungkapkan dg baik perasaan kita.
Misalnya saat tersinggung dg perkataan teman, dinginkan kepala, ajak dia bicara
empat mata, dan utarakan ketidaknyamanan kita mendengar ucapannya
"Maaf,
ucapan Antum tadi sepertinya kurang ahsan. Bisa tidak lain kali jangan ungkit
tentang badan Ana yang gendut lagi, soalnya Ana khawatir Antum
berghibah..."
Semacam itu
lah. Intinya, daripada marah-marah atau pendam emosi negatif karena baperan,
ada baiknya kita belajar mengungkapkan dg baik apa yg berkecamuk di hati.
Sehingga orang lain pun mengerti kalau kita tersinggung
Semoga apa
yang kita kaji hari ini, di hadapan Allah dicatat sebagai upaya saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Aamiin
Semoga
tulisan ini bisa bemanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari
Sumber : ummi-online.com