BagikanDakwah
- Sahabat dakwah, diakui atau tidak, sebagai istri yang masih normal rasanya
sangat wajar jika merasa geram ketika suami dicintai wanita lain. Lebih-lebih
jika wanita lain tersebut tidak peduli atau berdalih dengan kalimat,
"Cinta kan tidak bisa dipaksa," atau "emang aku tahu mau suka
sama siapa?" atau "salah sendiri gak bisa jaga suami," Bikin
geram kan “”
Secuek-cueknya
suami (dalam artian suami tidak tertarik) atau selogis-logisnya istri (dalam
artian istri bukan tipe pencemburu) ialah wajar semisal gerah dengan
kekurangajaran atau ketidaktahumaluan pihak ketiga. Apalagi, sekarang ini konon
zamannya pelaku kecurangan (dalam hal apapun) tidak mau mengakui kesalahannya,
yang ada malah sebaliknya. Makin senewen, deh.
Marah-marah
atau ngelabrak apalagi mencari pelampiasan yang salah bukanlah solusi. Yang
ada, suasana akan jadi semakin runyam. Diam saja alias tidak peduli atau sok tegar
& sok kuat juga hanya akan menyakiti diri sendiri.
Lalu, apa
yang harus kita lakukan jika seorang wanita mencintai suami kita?
1] Tunggu Dan Amati
Menunggu
dan mengamati dari kejauhan bukan berarti takut atau tidak peduli. Kita hanya
berusaha untuk tidak bertindak gegabah. Iya kalau benar, kalau hanya asumsi
pribadi gimana? Misal, ternyata yang diperlakukan istimewa seperti itu oleh
orang yang kita curigai tidak hanya suami kita, tapi semuaanyaa (semua teman
laki-lakinya). It means (walaupun sebenarnya juga tidak etis) karakternya
memang sudah seperti itu.
Kalau
sebaliknya gimana? Semisal yang diperlakukan berbeda hanya suami kita? Tenang …
kita lanjutkan langkah berikutnya.
2] Bersikap baik/akrabi wanita yang
mencintai suami kita
Mengakrabi?
Lihat wajahnya aja udah adem panas dan dada udah sesak. Di sinilah dibutuhkan
kecerdasan emosi, Bun. Dada boleh berdebar, tapi pikiran harus tetap adem, dan
kata-kata harus tetap lembut berwibawa dan memesona. Kalau bersikap sebaliknya,
yang ada malah mempermalukan diri sendiri. Apalagi kalau kita menunjukkan
posisi insecure, biasanya sih pihak “lawan” akan semakin kepedean.
Sahabat
dakwah, tetaplah tenang dan tunjukkan bahwa perasaan dia ke suami kita itu
ibarat iklan, enggak ada efek apa-apa. Hanya sekadar numpang lewat saja dan
bukan sesuatu yang harus dipikirkan karena tidak penting.
Lalu, apa
gunanya bersikap baik? Untuk mengenal lebih jauh dan juga membiarkan dia
mengenal kita. Biasanya yang berssangkutan akan sungkan dan mundur dengan
sendirinya ketika sudah kenal dekat, dengan asumsi masih punya malu.
3] Jangan memberondong apalagi
mencurigai suami berlebihan
Yups,
karena bisa saja suami enggak sadar kalau dia sedang ada yang suka.
Mengingatkan dengan lembut untuk berhati-hati sih enggak masalah, tapi kalau
sampai mencurigai dengan memberondong pertanyaan bertubi-tubi yang ada malah
sebaliknya, dari yang tadinya suami enggak kepikiran menjadi kepikiran lalu
kejadian. Na’udzubillah.
4] Tingkatkan service ke suami
Menusia
bukanlah robot yang tidak bisa diikat hanya dengan bermodalkan doktrin,
paksaan, apalagi ancaman. Jika tetap ngotot seperti itu, yang ada bukan
menjalankan kebaikan karena sadar dari hati, tapi karena terpaksa (baik di
depan, berbelok di belakang). Pun suami.
Ketika
orang ketiga mengancam, itu artinya layanan kita ke suami harus ditingkatkan.
Niatnya sih bukan semata-mata agar suami memberi “imbalan” dengan tidak
bersikap neko-neko di luar, bukan, toh kita tidak sedang berdagang yang hanya
mengenal untung rugi atau break event point. Hal tersebut kita lakukan
semata-mata sebagai bentuk upaya kita untuk menjaga keluarga, menjaga amanah
dari Allah. Dan yakin, ketika niatnya lurus seperti itu (karena Allah), maka
Allah pun akan memberikan yang terbaik, menolong kita salah satunya dengan
menjaga hati suami.
5] Berterus terang mengenai
ketidaknyamanan kita ke suami
Kalau sang
penggoda sudah mulai keterlaluan, kita bisa membicarakannya dengan
baik/berterus terang ke suami. Tentu bicaranya dengan santai, bukan dengan
napsu penuh amarah.
Misal,
“Mas, aku kok kurang sreg ya sama Fulanah karena menurutku sikapnya ke Mas
berlebihan banget. Aku sih percaya Mas lurus-lurus aja. Yang aku khawatirkan
nanti kalau ada fitnah dari orang-orang yang hanya lihat dari luar. Aku enggak
rela nama baik Mas tercemar. Mas lebih hati-hati lagi ya sama Fulanah. Jangan
sampai memberikan peluang sedikit pun. Wanita beda sama laki-laki soalny.
Laki-laki bersikap baik dikit kadang udah ditanggapi aneh-aneh sama wanita yang
mudah baper. Ya itu, Mas. Mawas diri ya, Sayang,”
6] Jangan diberi peluang, nanti bisa
ngelunjak
Tidak semua
orang yang ketika dibaikin akan tahu diri, tidak sedikit juga yang dikasih hati
minta yang lain. That’s why jangan pernah memberi peluang. Baik, harus. Memberi
peluang, BIG NO. Salah satu contoh memberi peluang ialah menceritakan kehidupan
atau masalah pribadi ke wanita yang ada “rasa” dengan suami kita. Fungsinya
buat apa juga? Enggak ada, kan.
7] Upgrade diri
Meng-upgrade
diri sebenarnya tidak harus menunggu “rival” datang. Toh, belajar ialah
kewajiban semua orang, seperti kata pepatah “Tuntutlah ilmu hingga ke negeri
Cina,” dan ilmu yang dimaksud tentu bukan hanya ilmu di sekolah. Tapi biasanya
seseorang akan lebih tersulut untuk belajar lebih baik lagi ketika ada ancaman
dari luar. Nah, jadikan momen tersebut sebagai peluang untuk memperbaiki diri
dan meningkatkan potensi.
8] Bantu cari jodoh secara tidak
langsung
Kalau
memang cukup baik dan peduli, kita bisa membantu menyadarkannya bahwa di luar
sana masih banyak pria single potensial yang bisa dilirik.
“Cantik,
karier bagus, cerdas, & penuh semangat, siapa sih laki-laki single di
luaran sana yang enggak tertarik. Kalau mau, sekarang juga kamu bisa kok
ngedapetinnya tinggal nunjuk aja,” misalnya begini
9] Pasrah dan berdoa kepada Allah
Sang Penggenggam Hati
Setelah
semua usaha dilakukan, terakhir ialah menyerahkannya pada Allah. Dialah Sang
Penggenggam Hati. Kepada siapa lagi kita memohon bantuan kalau bukan ke Allah.
Biarlah Allah menyelesaikan setelah segala upaya kita kerahkan. Dia pasti akan
memberikan yang terbaik.
Sahabat dakwah
konon membangun rumah tangga memang tidak semudah membangun rumah makan. Selalu
saja ada tantangan yang datang silih berganti, salah satunya dari pihak ketiga.
Na’udzubillah.
Kekuatan
dan ketangguhan tidak datang tiba-tiba. Dia hadir bersama ujian. Warna-warni
rasa itulah yang akan menempa kita menjadi wanita bermental baja. Dan jangan
pernah lupa, Allah sebaik-baik pelindung dan tempat bersandar. Semoga Allah senantiasa
memberikan berkah serta hidayah-Nya pada keluarga kita untuk tetap lurus di
jalan-Nya. Aamiin.
Semoga bisa
bermanfaat
Sumber : ummi-online.com