Bagikandakwah
– Sahabat dakwah, dalam kehidupan masa kini, hutang piutang adalah sesuatu yang biasa terjadi di masyarakat. Dalam bahasa fikihnya disebut dengan qardh. Secara etimologi,
qardh berarti memutus. Adapun pengertian secara terminologi ialah menyerahkan
harta pada orang yang ingin memanfaatkan dan nanti akan dikembalikan
penggantinya.
Berikut ini
Pembahasan utang piutang ini terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijma’
(kesepakatan para ulama).
Hukum Berutang
Bagi yang
memberi pinjaman (kreditur),itu hukumnya
sunnah.
Bagi yang
meminjam (debitur), itu hukumnya boleh namun ketika butuh.
Dikatakan
sunnah menolong orang lain dalam utang karena dalam hadits dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa
meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan
meringankan kesusahannya pada hari kiamat.” (HR. Muslim, no. 2699)
Adapun bagi
yang meminjam (debitur) baiknya meminjam ketika dalam keadaan butuh saja. Alasannya
hadits berikut ini.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ –
رضى الله عنه –
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –
صلى الله عليه وسلم –
كَانَ يُؤْتَى بِالرَّجُلِ الْمُتَوَفَّى عَلَيْهِ الدَّيْنُ فَيَسْأَلُ «
هَلْ تَرَكَ لِدَيْنِهِ فَضْلاً »
. فَإِنْ حُدِّثَ أَنَّهُ تَرَكَ لِدَيْنِهِ وَفَاءً صَلَّى ، وَإِلاَّ قَالَ لِلْمُسْلِمِينَ «
صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ »
. فَلَمَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْفُتُوحَ قَالَ «
أَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ، فَمَنْ تُوُفِّىَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَتَرَكَ دَيْنًا فَعَلَىَّ قَضَاؤُهُ ، وَمَنْ تَرَكَ مَالاً فَلِوَرَثَتِهِ »
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
dihadirkan di hadapan beliau jenazah yang masih memilki utang. Beliau bertanya
ketika itu, “Apakah ia meninggalkan harta untuk melunasi utangnya?” Jika beliau
dikabarkan bahwa orang tersebut meninggalkan utang dan ada harta yang bisa
melunasinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolatkannya. Lantas beliau
mengatakan pada lainnya, “Shalatkanlah sahabat kalian.” Setelah Allah
memberikan kemenangan dalam beberapa peperangan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, “Saya yang lebih berhak pada kaum mukminin daripada diri
mereka sendiri. Siapa saja yang meninggal dunia lantas meninggalkan utang, aku
yang nanti akan menanggungnya. Sedangkan hartanya yang ditinggalkan, biarlah
untuk ahli warisnya.” (HR. Bukhari, no. 2298)
Dalil
lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengalihkan pada utang bagi
yang tidak memiliki mahar saat nikah. Namun beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengalihkan pada cincin besi, setelah itu pada Al-Qur’an yang ia miliki.
Hadis yang
dimaksud ialah dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang wanita
yang menawarkan untuk dinikahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun
beliau tidak tertarik dengannya. Hingga ada salah seorang lelaki yang hadir
dalam majelis tersebut meminta agar beliau menikahkannya dengan wanita
tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
هَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ؟ قَالَ: لاَ وَاللهِ، يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَقالَ: اذْهَبْ إِلَى أَهْلِكَ، فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا. فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: لاَ وَاللهِ، مَا وَجَدْتُ شَيْئًا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ :
انْظُرْ وَلَوْ خَاتَماً مِنْ حَدِيْدٍ. فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ، فَقَالَ: لاَ وَاللهِ، يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ خَاتَماً مِنْ حَدِيْدٍ، وَلَكِنْ هَذَا إِزَارِي فَلَهَا نِصْفُهُ. فَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ :
مَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ، إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ مِنْهُ شَيْءٌ. فَجَلَسَ الرَّجُلُ حَتَّى إِذَا طَالَ مَجْلِسَهُ قَامَ، فَرَآهُ رَسُوْلُ للهِ مُوَالِيًا فَأَمَرَ بِهِ فَدُعِيَ، فَلَمَّا جَاءَ قَالَ: مَاذَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ؟ قال: مَعِيْ سُوْرَةُ كَذَا وَسُوْرَة كَذَا –عَدَّدَهَا- فَقاَلَ: تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: اذْهَبْ، فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ
“Apakah
engkau punya sesuatu untuk dijadikan mahar?”
“Tidak demi
Allah, wahai Rasulullah,” jawabnya.
“Pergilah
ke keluargamu, lihatlah mungkin engkau mendapatkan sesuatu,” pinta Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pria itu
pun pergi, tak berapa lama ia kembali, “Demi Allah, saya tidak mendapatkan
sesuatu pun,” ujarnya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Carilah walaupun hanya berupa cincin
besi.”
Pria itu
pergi lagi kemudian tak berapa lama ia kembali, “Demi Allah, wahai Rasulullah!
Saya tidak mendapatkan walaupun cincin dari besi, tapi ini sarung saya,
setengahnya untuk wanita ini.”
“Apa yang
dapat kau perbuat dengan izarmu (sarungmu)? Jika engkau memakainya berarti
wanita ini tidak mendapat sarung itu. Dan jika dia memakainya berarti engkau
tidak memakai sarung itu.”
Pria itu
pun duduk hingga tatkala telah lama duduknya, ia bangkit. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya berbalik pergi, maka beliau
memerintahkan seseorang untuk memanggil pria tersebut.
Ketika ia
telah ada di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bertanya,
“Apa yang kau hafal dari Al-Qur`an?”
“Saya hafal
surah ini dan surah itu,” jawabnya.
“Benar-benar
engkau menghafalnya di dalam hatimu?” tegas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
“Iya,”
jawabnya.
“Bila
demikian, baiklah, sungguh aku telah menikahkan engkau dengan wanita ini dengan
mahar berupa surah-surah Al-Qur`an yang engkau hafal,” kata Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari, no. 5087 dan Muslim, no. 1425)
Lihatlah
dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyuruh mencari utang
untuk menikah. Namun beliau menyuruh mencari mahar dengan suatu yang murah
seperti cincin besi, hingga pada hafalan Al-Qur’an. Artinya janganlah kita
bergampang-gampangan dalam berutang kecuali butuh saja.
Sahabat
dakwah, Berbahagialah Jika Terbebas dari Utang
Dari
Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ مِنَ الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ
“Barangsiapa
yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: (1) sombong,
(2) ghulul (khianat), dan (3) utang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu
Majah, no. 2412 dan Tirmidzi, no. 1573. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
hadits ini shahih).
Semoga Allah
menyelamatkan kita dari utang yang menyulitkan hingga mudah masuk surga.
Semoga
tulisan ini bermanfaat
Sumber : rumaysho.com