Bagikandakwah
- Sahabat Dakwah, Tidak sedikit istri masa kini menuduh suaminya tidak
memberikan nafkah lahiri. Padahal, sang istri tinggal di tempat layak, bisa
makan dengan menu terbaik, bisa membeli perhiasan dan pakaian, serta melakukan
banyak hal lainnya. Namun, ia masih tetap saja bilang bahwa sang suami tidak
menafkahinya hanya karena ia tidak mendapatkan SELURUH penghasilan suami.
Apakah sahabat yang sedang membaca ini juga pikiran seperti itu ?
Pada praktiknya, bentuk nafkah
lahir dari suami ke istri bisa “dirupakan” dengan beragam cara, tergantung
situasi serta kondisi masing-masing. Terlebih, di zaman seperti sekarang ini
uang tak harus dalam bentuk tunai namun bisa juga nontunai.
Sahabat
dakwah, Ada beberapa model/bentuk pemberian nafkah lahir dari suami ke istri,
yaitu:
1] Memberikan seluruh gajinya ke istri entah
itu secara tunai maupun nontunai (transfer)
Memberikan
nafkah secara tunai adalah cara konvensional yang banyak dilakukan suami. Zaman
dulu, sistem pembayaran gaji dilakukan secara langsung dan tidak seperti
sekarang yang dilakukan lewat rekening. Sesaat setelah menerima gaji, suami
bisa memberikannya kepada istri dan istrilah yang mengatur semuanya, mulai
darimembayar tagihan listrik, air, keamanan lingkungan, hingga konsumsi
sehari-hari.
Seiring
dengan perkembangan zaman dan juga untuk alasan kepraktisan dan keamanan,
memberi nafkah kepada istri tak lagi dalam bentuk tunai melainkan transfer ke
rekening yang bersangkutan (istri).
2] Memberikan “sisa” uang belanja
setelah dikurangi oleh biaya operasional
Sebenarnya,
cara ini hampir sama dengan cara sebelumnya, hanya saja di awal suami dan juga
istri sama-sama ikut menghitung kebutuhan rumah tangga. Misalnya saja, suami
istri tersebut mempunyai beberapa pengeluaran tetap. Sesaat setelah menerima
gaji, sang suami langsung mengurangi gajinya tersebut untuk pengeluaran tetap
yang sebelumnya sudah diketahui atau disepakati bersama. Baru kemudian sisanya
diberikan kepada istri.
3] Suami dan istri mempunyai tugas
masing-masing
Ada kalanya
juga, suami dan istri mempunyai kesepakatan karena suatu hal. Bisa karena gaji
suami belum cukup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. Atau bisa jadi
karena sang istri yang menawarkan bantuan. Misalnya saja, suami bertugas untuk
membayar sejumlah pengeluaran tetap yang jumlahnya material (besar). Sedangkan
istri bertugas untuk membayar pengeluaran tetap yang jumlahnya tidak terlalu
besar. Selebihnya, jika gaji suami ada sisa, maka gaji tersebut diberikan
kepada istrinya.
4] Suami memberi uang kepada istri
harian atau mingguan (bukan bulanan) berdasarkan jumlah pengeluaran
Mungkin
tipe suami yang terakhir ini sedikit menyiksa para istri karena merasa
dimonitor. Istri hanya diberi uang untuk konsumsi keluarga yang diberikan per
hari atau per minggu. Sedangkan untuk pembayaran lain-lain (nonkonsumsi)
semuanya ditanggung oleh suami.
Setiap keluarga memang mempunyai
karakter dalam mengatur keuangan yang berbeda-beda. Dan tentu tidaklah bijak jika
seorang istri membanding-bandingkan cara yang dipakai oleh tetangga atau
kerabatnya dengan cara yang ia dan suaminya pakai. Membanding-bandingkan hanya
akan merusak hubungan harmonis yang terjadi antara suami dan istri. Setiap cara
mempunyai kelebihannya dan kekurangannya masing-masing. Dan setiap rumah tangga
juga mempunyai kondisi yang berbeda.
Misalnya saja, ada seorang suami
yang memang menyerahkan urusan keuangan kepada sang istri. Sisi positifnya,
sang istri terlihat lebih leluasa dalam mengatur keuangan keluarga namun
kekurangannya sang istri bisa pusing sendiri untuk membagi pos-pos keuangan
rumah tangga. Di pihak lain, ada seorang suami yang mungkin terlihat sangat
perhitungan dengan istri karena semuanya dihitung. Namun, sebenarnya bukan
berarti suami tersebut pelit, karena bisa saja sang suami memastikan bahwa apa
yang ia berikan tidak kurang. Dan jikapun kurang, si suami bisa segera mencari
solusinya.
Jika disikapi dengan bijak dan
positif, kadang sikap suami yang perhitungan bisa membuat sang istri menjadi
kreatif. Berpikiran positif dan selalu mensyukuri berapapun pemberian suami
akan membuat jalan sang istri semakin lancar. Jika mempunyai suami yang loyal
seorang istri patut bersyukur dan tak sepantasnya memamer-mamerkan karena bisa
menimbulkan kecemburuan sosial.
Sahabat
dakwah, Namun ketika Allah menguji dengan memberikan suami yang tidak loyal
bahkan bisa dibilang perhitungan atau cenderung pelit, maka hal tersebut juga
tetap patut disyukuri. Bisa jadi hal tersebut adalah jalan agar sang istri
semakin kreatif dalam mengasah talent-nya karena bisa saja talent sang istri
bisa bermanfaat bagi banyak orang terutama kaum wanita. Misalnya, karena suami
yang super perhitungan sang istri mempunyai inisiatif untuk membuka usaha
rumahan. Ternyata, usaha rumahan tersebut maju pesat hingga bisa memperkerjakan
banyak karyawan wanita. Bisa juga untuk menjaga sang istri agar selalu bersikap
zuhud. Jika sebelumnya gaya hidup istri sebelum menikah sangat konsumtif, maka
bisa jadi gaya hidupnya berubah menjadi sewajarnya karena mendapatkan suami
yang perhitungan. Segala sesuatu memang selalu ada hikmah dan manfaatnya jika
disikapi dengan baik dan positif.
Demikianlah
tulisan ini, semoga bisa mendapat manfaatnya .
Sumber : ummi-online.com