Bagikandakwah - Sahabat Dakwah, jangan merasa aman dan yakin
di dunia apalagi di akhirat karena merasa sudah rajin sholat, mengaji dan
berpuasa jika kamu tak mampu menjaga lisan. Taukah kamu bahwa kebanyakan wanita
masuk neraka itu karena lisannya yang tidak bisa dijaga.
Abu Hurairah r.a pernah menyampaikan, ada yang menanyakan
kepada Rosulullah SAW begini, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya si Fulanah suka
sholat malam, shoum di siang hari, mengerjakan (berbagai kebaikan) dan
bersedekah, hanya saja ia suka mengganggu para tetangganya dengan lisannya?”
Dijawab oleh beliau, “Tiada kebaikan padanya, dia termasuk
penghuni neraka”. Nah Mereka pun
bertanya lagi, “Sesungguhnya si Fulanah (yang lain) mengerjakan (hanya) sholat
wajib dan bersedekah dengan sepotong keju, namun tidak pernah mengganggu
seorangpun?”. Bersabda Rosulullah, “Dia termasuk penghuni surga”. [HR
al-Bukhari)
Berarti soal menjaga lisan ini bukan perkara kecil bukan?.
Amat menentukan nasib seorang hamba di dunia, terlebih-lebih di akhirat
kelak. Intinya Ibadah vertikal sesorang
juga harus dimplementasikan dengan ibadah horizontal dia kepada sesama.
Terutama saudara terdekat seperti tetangga dengan menjaga lisannya.
Urusan lisan buat perempuan memang bukan perkara
gampang. Banyak yang mengatakan memang
dari “sono”nya perempuan dilahirkan sebagai sosok cerewet dan banyak omong.
Betulkah?
Sebenarnya nggak 100% valid,
tapi setidaknya kalau ada penyebutan “perempuan” secara khusus oleh Allah SWT dalam kaitannya
menjaga lisan, itu tandanya para wanita harus lebih berhati-hati.
Di Surat Al Hujurat ayat 11 disebut jelas, “…dan janganlah
perempuan-perempuan (mengolok-ngolok) perempuan lain , kerena boleh jadi
perempuan (yang diolok-olok) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-ngolok)”.
Nah Sahabat Dakwah, peringatan Allah ini pertanda bahwa
siapa saja khususnya perempuan harus benar-benar menjaga lisannya dengan baik.
Karena ada istilah mengatakan lidah lebih tajam daripada pedang. Pukulan hanya
membekas di badan barang sebentar tapi omongan bisa terpendam di hati hingga
terbawa mati. Serem kan?
Tahukah apa saja petaka lisan yang bisa menjauhkan wanita
dari surga?
Mencibir atau mengolok-ngolok. Ini masuk petaka besar karena
dibalik cibiran biasanya tersembunyi kesombongan. Orang yang mengolok-ngolok
seringnya merasa dirinya lebih baik dan sempurna dari orang lain. Padahal
barang siapa membawa kesombongan atau ujub maka ia tak akan diperkenankan
masuk surga.
Menggunjing atau
membicarakan aib orang. Wah ini juga jangan dianggap sepele karena
jatuhnya bisa ghibah maupun fitnah. Ghibah jika apa yang disampaikan benar,
fitnah jika ternyata salah. Bila tak
ingin amal yang sudah kita kumpulkan susah payah di’debet’ orang lain, maka
mulai dari sekarang berhentilah menggunjing.
Banyak mengeluh.
Konon perempuan gudangnya keluhan terutama mengeluhkan pasangan hidup
alias suaminya. Sahabat Dakwah,
waspadalah…waspadalah jangan sampai tercecer keluhan mengenai pasangan hidup
kita di depan teman hatta urusan sepele sekalipun. “Suami saya orangnya
ceroboh…naroh barang suka sembarangan.
Sudah gitu malas bangun pagi sekalinya bangun pengennya sudah tersedia
kopi!”
Karena mendengar keluhan menantunya mengenai kondisi
perekonomian keluarga tanpa sepengetahuan yang bersangkutan, diriwayatkan Nabi
Ibrahim AS akhirnya menyuruh Nabi Ismail menceraikan istrinya. Bagaimanapun seorang istri harus menjaga
kehormatan suaminya.
Keluhan istri juga bisa diartikan ia tidak ikhlas dengan
keadaan. Mengeluhkan suami sama saja ia
tidak ikhlas mendampingi. Itulah yang
kata Rasulullah SAW mengapa banyak wanita jadi penghuni neraka karena sering
berkeluh kesah mengenai suaminya baik soal uang maupun tabiatnya.
Dalam hadits riwayat Al Bukhari dikatakan banyaknya wanita
dalam neraka karena mereka kufur terhadap suaminya. Kufur terhadap
kebaikan-kebaikannya. Meskipun suaminya berbuat baik sebanyak apa pun namun
tatkala sedikit saja seorang istri menemukan kekurangannya yang tidak ia sukai
para istri ini dengan mudahnya mengucap, “Aku tidak pernah melihat sedikitpun
kebaikan pada dirimu.”
Pernahkah terucap demikian?...buru-buru minta maaf segera
deh para istri.
Gampang mencela dan ngata-ngatain orang. Perempuan juga paling jago memberi label
jelek pada sesama perempuan. “dasar jablay.
Sundel bolong…,perusak rumah tangga orang” dan sederetan cap jelek
lainnya. Sss..ingatlah pepatah mulutmu harimaumu.
Nyinyir dan over penilaian.
Nah ini dia penyakit lisan lain yang tak kalah penting untuk
diperhatikan. Bukan karena perfeksionis,
tapi dasarnya perempuan memang doyan menilai. “Makanan di situ nggak enak.
Asiiin. Ih amit-amit mampir ke situ lagi”. Tapi
ludes juga tuh masuk ke perut.
Apalagi kalau arisan, “ah bu, bajunya ini sudah bagus sayangnya
kerudungnya kurang matching..”. Adaaaa saja yang dinilai dan kadang tidak
prinsipil.
Basa-basi tapi tak mengenakkan. Menanyakan sesuatu
boleh-boleh saja asal jangan berlebihan dan kadang kala bikin susah orang untuk
menjawab. Basa-basi tapi minus empati.
Contohnya begini:
“Kapan menikah? Saya nggak sabar nih pengen jadi panitia.”
Padahal tahu dia lagi nunggu jodoh.
“Kapan punya anak?..sudah setahun belum isi juga?”
“Kapan nambah anak lagi? Cuma dua mah masih sepi rumah”
“Kapan mantu?”
Bla…bla…
Tidak tahukah kadang basa-basi terkesan sepele bisa membekas
dalam pikiran seseorang dan membuatnya stress?. Berempati sajalah dan doakan
saja secara diam-diam tak usah menanyakan berulang-ulang kayak siaran iklan.
Menghasut dan manas-manasi teman.
“Bu, jangan biarkan anaknya main sama anaknya si A..dia itu
celamitan persis kayak ibunya”
“Ibu harus segera menurunkan berat badan biar nggak gampang
sakit. Tetangga saya kemarin meninggal
di usia 45 tahun. Masih muda kan, sakit jantung karena kegemukan”.
Yakin deh sahabat, bukannya mengena malah antipati. Kadang
ada orang yang dijauhi karena sikap dan ucapannya tidak memberi kenyamanan bagi
yang mendengar.
Sahabat Dakwah, betapa lisan yang tak terjaga akan menjatuhkan
seseorang ke dalam neraka sudah sering diingatkan oleh Rasulullah SAW di hadits
yang lain.
“Tiada lain yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka itu
hanyalah karena hal-hal yang diucapkan oleh lidah mereka” (HR. Ashhabu ‘s Sunan
dan Ahmad)
Lantas bagaimana cara
mencegah lisan dari perkataan yang menyakitkan?.
Jawaban tergampang adalah latihan mengendalikan diri.Jangan
berdalih ucapan buruk itu karena karakter (sifat) bawaan, atau kesukuan. Tidak, lisan itu merupakan gambaran karakter
seseorang. Karenanya saring-saringlah
dulu ucapan sebelum kelepasan. Berfikir
sebelum bicara, bukan di balik ngomong dulu baru mikir.
Cara lain adalah mulai berkomitmen untuk tidak berdusta,
menggunjing, mencela dan lainnya yang berindikasi menyakiti orang lain. Hal yang juga memungkinkan adalah
meninggalkan lingkungan pergaulan yang tidak kondusif.
Banyak di kalangan kita ikutan ghibah karena teman-teman
sekeliling kita biasa demikian. Tinggalkan pergaulan yang buruk dan bergantilah
mencari kawan-kawan yang mendukung kita dalam kebaikan.
Tentunya dengan cara mensiasatinya karena pada dasarnya kita
pun dilarang pilah pilih teman karena kesombongan atau merasa lebih suci. Dan
terakhir, isilah waktu dengan kesibukan yang bermanfaat. Insya Allah dengan
banyak beraktivitas positif akan menghindarkan kita dari waktu luang yang
kadang sia-sia.
Semoga bermanfaat dan menjadi pengingat kita semua.
Sumber : ummi-online