Bagikandakwah – Sahabat Dakwah, entah kamu menyadari apa
gak, sebenarnya apa tujuan sebuah pernikahan? Tentunya ada berbagai macam
jawaban yang bisa diutarakan. Ada yang tujuannya untuk melahirkan keturunan,
ada yang tujuannya untuk menjaga kesucian, tujuan untuk bersenang-senang dengan
pasangan. Namun ada satu tujuan pernikahan yang biasanya banyak dilupakan oleh pasangan
suami istri, apakah itu?
Yuppp, tujuannya adalah menambah kedekatan pada Allah. Tidak banyak
pasutri yang mau mengevaluasi pernikahannya, sudahkah pernikahannya itu
menambah kedekatan masing-masing diri suami dan istri pada Allah? Atau justru
setelah menikah, Allah makin jauh dari hati mereka karena saling sibuk. Yang
suami sibuk bekerja, yang istri sibuk mengurus anak.
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri)
dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu,
serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Nahl : 72)
Mengapa banyak pasutri melupakan tujuan pernikahan yang satu
ini? Penyebabnya berbagai macam, tapi yang paling pasti adalah begitu hebatnya
godaan syetan terhadap pasangan suami istri, sehingga mereka berfokus pada
hal-hal remeh dan sepele seperti kurangnya penghasilan suami, cemburu buta,
posesif, pihak ketiga dan lain sebagainya.
Satu hal lagi yang menjadi jauh dari Allah karena kurangnya tarbiyah/pendidikan
islam dalam diri pasutri tersebut.
Berikut ini beberapa pertanyaan yang bisa kita layangkan
pada diri sendiri setelah menikah sekian lama:
1] Apakah ibadah
wajib saya menjadi lebih baik dan intens setelah menikah?
2] Apakah hati saya
semakin tenang dan tenteram setelah pernikahan?
3] Apakah saya telah
menyadari bahwa masalah dalam rumahtangga pasti dirasakan setiap pasutri,
memang dihadirkan oleh Allah agar keimanan makin kuat dan pernikahan makin
lekat?
4] Apakah saya telah
menjalankan semua kewajiban saya sebagai istri/ibu dengan baik?
5] Apakah saya semakin bijak dalam bersikap, ataukah masih
sering mementingkan diri sendiri dan sulit mengendalikan ego?
6] Apakah saya menjadi lebih paham ajaran agama setelah
menikah, atau justru semakin buta dan tuli dari pemahaman agama?
Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa memperlihatkan
apakah pernikahan makin menjadikan diri kita dekat pada Allah (terlihat dari
hati yang tenang, ibadah makin intens, sikap yang bijak, bertanggungjawab) atau
justru menjauhkan kita dari Allah? Misalnya karena pasangan mengajak berbuat
maksiat. Evaluasi diperlukan agar bisa mengetahui posisi kita di hadapan Allah,
lalu melakukan berbagai hal untuk mengoreksi dan memperbaiki kondisi tersebut.
Sahabat dakwah, Semoga kita senantiasa ingat bahwa segala
sesuatu di dunia ini hanyalah ujian, termasuk pernikahan, dan bahwasanya
mendekat pada Allah merupakan suatu tujuan yang tidak boleh diabaikan. Semoga
tulisan ini bisa menjadi pengingat dan bermanfaat
Sumber : ummi-online.com