Bagikandakwah – Terluka karena pihak ketiga itu memang
sangat menyakitkan, seperti kisah nyata dibawah ini :
Assalamu’alaikum
Ummi, saya ibu rumah tangga dengan 3 anak usia 18, 17 dan 9
tahun. Saya punya masalah yang membuat saya tertekan. Begini, 3 tahun yang lalu
suami saya punya hubungan khusus dengan seorang gadis anak buahnya. Ketika itu
setiap ada yang melapor saya tak pernah percaya sampai akhirnya terbuka 5 bulan
yang lalu. Bahkan si gadis sempat menyatakan pada saya bahwa dia memang mau
dinikahi suami saya sebagai istri kedua.
Permasalahannya adalah:
1. Sejak kasus ini terungkap, hari-hari saya lalui dengan
hati yang amat sakit karena terluka tak menyangka suami tega berbuat begitu.
Adakah cara menyembuhkan hati yang luka dengan cara ma’ruf tanpa menyakiti
orang lain?
2. Pagi, siang, dan malam saya selalu berdoa dan mengadu
pada Allah mohon diberi kekuatan iman, tapi sampai hari ini saya benar-benar
belum ikhlas atas perlakuan suami. Berdosakah saya bila saya curhat pada
saudara saya tentang keburukan suami, karena saya sudah tak kuat membawa beban
batin ini?
3. Gadis itu baru-baru ini menikah tapi masih juga hati ini
belum tenteram karena pernikahannya juga didanai suami saya. Saya sungguh tak
rela. Ummi, bagaimana caranya agar saya bisa beribadah dengan lebih khusus
tanpa ada gangguan dari bayang-bayang peristiwa yang menyakitkan, termasuk
bayang-bayang gadis tersebut yang selalu ada di depan mata?
Wassalamu’alaikum
Yanti, Jepara
Jawaban Syariah
Nanda Yanti yang dicintai Allah, Ummi turut prihatin dengan
kondisi yang Nanda alami. Namun, Ummi yakin Nanda bisa menanyakan kepada hati
Nanda sendiri, keputusan terbaik apa yang bisa Nanda ambil yang sesuai dengan
syariat Islam. Apalagi ternyata gadis itu sudah menikah atau tidak jadi menikah
dengan suami Nanda, maka tidak ada alasan bagi Nanda untuk berburuk sangka
terus pada suami dan gadis itu.
Saran ummi :
1. Allah mengajarkan kita untuk selalu bisa memaafkan
kesalahan dan kekhilafan orang lain. Bahkan Allah menjanjikan orang yang pemaaf
dengan ganjaran surga yang luasnya seluas langit dan bumi dan maghfirah-Nya,
sebagaimana tertera dalam QS 3:133. Kini lebih baik Nanda utamakan untuk
memperbaiki hubungan Nanda dengan suami. Cobalah untuk memperbarui pola
komunikasi karena komunikasi yang buruk akan mengganggu keharmonisan suami
istri.
2. Curhat boleh dilakukan ketika betul-betul ingin mendapat
solusi dari orang tersebut. Jadi bukan sekadar menceritakan aib orang lain,
apalagi suami kita, karena ini bisa jatuh ke dalam dosa ghibah (QS 49:12). Dan
sebaik-baik teman yang dijadikan tempat curhat adalah yang bisa menenangkan di
saat marah, yang menghibur di saat sedih, membimbing kita ke jalan yang
diridhai Allah, dan nasihatnya berusaha mendamaikan perselisihan kita dengan
orang lain (QS 49:10).
3. Kekhusyuan bisa dilatih dengan membiasakan diri khusyu
(mengosongkan pikiran dari perkara atau masalah duniawi) di saat shalat,
tilawah, dan berdoa. Karena Rasulullah saw juga menganjurkan kita untuk melatih
diri dengan al khusyu’ bil takhasyu, khusyuk itu harus dilatih dengan
pembiasaan untuk khusyuk. Jauhkan dari melamun dan berprasangka buruk terhadap
sesama muslim, karena selain hal tersebut dosa (QS 49:12) juga bisa menjadi
pintu masuk syaitan ke dalam diri Nanda.
Semoga Nanda sabar dalam menghadapi semua cobaan ini, dengan
banyak berdoa dan bertawakal kepada Allah.
Jawaban
Psikologi
Menilik usia anak-anak Ibu yang sudah remaja, tentulah
bahtera rumah tangga yang dikayuh sudah cukup lama. Rasa saling pengertian
diharapkan semakin terjadi di antara Ibu dan suami. Seorang ahli konseling
perkawinan membuat daftar 10 masalah terbanyak yang menyebabkan perkawinan
mengalami tekanan (stress), di antaranya adalah: masalah finansial, gangguan
tingkah laku anak-anak, kurangnya waktu khusus untuk pasangan suami istri,
relasi suami istri yang tidak harmonis. Di antara 10 masalah tersebut, ternyata
empat di antaranya berkaitan dengan kurangnya waktu yang berkualitas, baik
antara anggota keluarga, waktu untuk diri sendiri maupun waktu khusus untuk
pasangan suami istri.
Rentang masa yang telah berjalan cukup lama bagi pasangan
suami istri dalam mengarungi pernikahan sering dianggap sebagai bukti dari
keabadian cinta yang dibawa sejak membina rumah tangga. Padahal seberapapun besarnya
cinta pada awal menjalani rumah tangga, bukan berarti ia tidak dapat berkurang
atau bahkan hilang sama sekali. Adanya harapan yang berlebihan, kegagalan
pasangan suami istri untuk menjalankan peran sesuai dengan porsinya, kurangnya
rasa percaya diri untuk menghadapi persoalan keluarga secara bersama ataupun
kurangnya waktu untuk melakukan komunikasi hingga masing-masing gagal
bertingkah laku sesuai dengan harapan pasangannya, merupakan faktor-faktor yang
dapat memicu keretakan rumah tangga. Bila hal tersebut di tambah lagi dengan
kesempatan yang terbuka untuk berteman dengan lawan jenis yang belum memiliki
masalah rumit seperti pasangan di rumah, maka biasanya cinta akan mudah
bersemi.
Berikut
saran Ummi untuk ibu:
1. Tidak ada cara yang lebih tepat untuk membuang rasa
kecewa dan sakit hati selain memaafkan tingkah laku suami. Rasa maaf yang Ibu
berikan akan memberikan ‘keajaiban’ tersendiri. Ketika kita memaafkan orang
lain, sesungguhnya kita sedang memperkuat cara berpikir kita untuk menjadi orang
yang optimis dalam menghadapi hidup. Tutup masa lalu suami dan fokuskan pada
apa yang akan Ibu dan suami perbuat di masa depan.
2. Curhat dengan seseorang, apakah itu saudara ataupun orang
yang kita percaya dapat menjadi salah satu cara untuk menyalurkan perasaan yang
tertekan. Namun perlu diingat, sekali Ibu membuka masalah pada saudara, maka
biasanya sang saudara tersebut akan mengambil sikap tertentu, bisa menjadi
negatif terhadap suami ataupun sebaliknya. Ummi sarankan bila ibu ingin curhat,
pilihlah tempat curhat yang amanah, tidak memihak dan memiliki keluasan
pandangan untuk memberikan saran-saran yang tepat guna penyelesaian masalah.
3. Menikahnya gadis tersebut anggap saja sebagai jalan yang
diberikan oleh Allah untuk memberikan jodoh yang baik, bagi gadis tersebut
maupun bagi Ibu dan suami. Masalah dana yang digunakan suami untuk membantu
gadis tersebut, anggap saja sebagai sebuah sedekah, hingga kebaikannya tidak
hilang.
4. Selanjutnya Ibu dan suami perlu mempererat komunikasi dan
menyediakan waktu khusus secara berkala untuk berdua. Bila intensitas emosi
terjalin dengan erat, Ibu dapat memulai komunikasi yang positif dan
menyampaikan harapan ataupun keberatan Ibu terhadap tingkah laku suami. Jangan
lupa, komunikasi yang positif berarti Ibu juga harus mengenali apa harapan
suami terhadap diri Ibu. Ingin agar istrinya lebih mesra dalam menyapa,
pakaiannya lebih harum dan tidak kucel, bentuk tubuhnya lebih ramping, ataupun
lebih luas wawasannya bila diajak diskusi? Sepanjang Ibu mampu mengupayakan,
cobalah berusaha memenuhi harapan suami. Selamat beramal shalih.
Sumber : ummi-online.com