Bagikandakwah - Sahabat dakwah, siapa yang telah menjelma
menjadi ‘orangtua gadget’? Tidak bisa sehari pun tanpa gadget. Kenali deh
beberapa gangguan kesehatan dan psikologi akibat gadget, gak main-main… risiko
kecanduan gadget pada orangtua banyak membawa dampak buruk baik bagi diri
sendiri maupun anak serta lingkungan sekitar.
Memang, kebutuhan akan gadget semakin tinggi. Sebab
fungsinya semakin bervariasi, lebih dari sekadar untuk berkomunikasi. Tersesat
saat pergi ke suatu tempat, buka aplikasi peta. Lapar tapi malas keluar, buka
aplikasi jasa pesan-antar makanan. Ingin beli baju, buka aplikasi belanja.
Menurut psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psi,
ketergantungan orang dewasa terhadap gadget biasanya karena keperluan-keperluan
tersebut. Sehingga, gadget bagi orang dewasa tidak bereaksi negatif, sepanjang
ia tahu bagaimana memosisikannya. “Orang dewasa cenderung lebih cerdas digital.
Selama tidak berlebihan, pada dasarnya oke-oke saja,” ujarnya.
Lain cerita kalau sudah kecanduan gadget, misalnya karena
tergila-gila dengan games tertentu sehingga menghabiskan lebih banyak waktu di
depan layar. “Kalau sudah kecanduan, tentu ada pengaruhnya terhadap sosialisasi
dan relasinya dengan orang lain. Penanganannya pun khusus, ada terapinya,”
imbuh psikolog yang akrab disapa Nina ini.
Abai
Terhadap Anak
Gadget adalah simbol kemajuan zaman. Dan kemajuan zaman tak
bisa ditolak. Kitalah yang harus bersikap terbuka dan menyesuaikan diri, yaitu
bagaimana agar gadget tetaplah sebuah
alat yang berada di bawah kontrol kita, bukan kita yang berada di bawah kendali
gadget. Sebab jika yang terjadi justru sebaliknya, dampak negatif mengintai
kita.
Nina menuturkan, ketika seseorang sudah berada di bawah
kendali gadget, maka akan ada pihak lain yang terabaikan hak-haknya atau
terlambat dalam merespons kebutuhannya. Jika kita sudah berkeluarga,
pihak-pihak itu adalah pasangan dan anak. “Apalagi kalau durasinya panjang,
anak bisa mengalami beberapa masalah kesehatan,” tutur Nina. Misalnya,
kekurangan nutrisi karena orangtuanya terlalu asyik bermain gamesehingga tidak
memperhatikan asupan makanan sang anak. Selain itu, kebersihan juga kurang
diperhatikan, seperti lupa mengganti popok yang sudah penuh atau lupa
memandikan anak. “Karena kurang bersih, dan kurang makan makanan yang bergizi,
anak jadi rentan sakit,” imbuh Nina.
Lebih jauh, anak yang memiliki orangtua yang kecanduan
gadget juga akan memiliki masalah dalam tumbuh kembangnya. “Anak membutuhkan
stimulus dari lingkungan dan orang terdekat untuk mengembangkan kemampuannya.
Jika orangtua selalu asyik dengan gadget, orangtua tidak akan merespons dengan
cepat kebutuhan anak untuk itu. Misalnya, anak tidak diajak bicara, tidak
diajak bermain bersama, padahal ia butuh itu,” jelas ibu dua anak ini.
Mengganggu
Sosialisasi
Lihatlah pemandangan di tempat-tempat umum, seperti di
stasiun kereta. Apa yang dilakukan orang-orang selagi menunggu kereta? Ya,
menunduk di atas layar gadget-nya masing-masing. Mulai jarang ditemui orang
yang semula tidak saling mengenal kemudian terlibat pembicaraan yang akrab.
“Orang yang kecanduan gadget, kesempatannya untuk bersosialisasi di dunia nyata
menjadi kurang,” ujar Nina. Akibatnya, di dunia nyata ia menjadi gagap dalam
berinteraksi. Relasi dengan orang lain pun terganggu karena ikatan emosional
yang kurang.
Patricia Greenfield, profesor di bidang psikologi dari
University of California Los Angeles (UCLA), mengatakan bahwa kecanduan gadget
mampu menghilangkan kemampuan seseorang dalam memahami emosi orang lain.
Sebelumnya, Greenfield telah mengamati karakter sejumlah remaja di sebuah
sekolah di AS yang dijauhkan darismartphone, TV, dan perangkat digital lainnya
selama lima hari. Hasilnya, kemampuan mereka dalam membaca emosi jauh lebih
baik daripada remaja di sekolah yang sama, yang dibiarkan terpapar gadget
setiap harinya. “Begitu banyak orang hanya melihat hal yang positif dari
gadget, namun melupakan yang negatifnya,” ujar Greenfield, mengingatkan kita
semua.
Solusi bagi pecandu gadget, menurut Nina, adalah terapi yang
serius dan ditangani oleh ahlinya. Namun, jika baru sebatas ketergantungan,
solusinya adalah mengganti dengan hal lain yang lebih menarik. “Misalnya,
ketika pasangan kita asyik sekali dengan gadget, kita alihkan perhatiannya
dengan mengajak ngobrol atau bermain dengan anak,” tukasnya.
Pengaruh Gadget pada Kesehatan
Gadget ternyata juga memengaruhi kesehatan. Berikut beberapa
gangguan yang mungkin dialami jika kita tak bisa lepas dari gadget.
1] Leher tegang. Terlalu lama menundukkan kepala di atas
tablet atau smartphone ternyata membuat otot-otot leher terasa tegang. Jika
terus berkelanjutan, akan menimbulkan masalah pada punggung dan leher. Karena
itu, saat sedang melihat gadget, sesekali gerakkan kepala ke posisi netral.
2] Tidur tidak nyenyak dan kurang tidur. Tidak sedikit orang
yang tidur dengan membawa gadget-nya. Menurut seorang pakar tidur, Dr Neil
Stanley, tidur di dekat gadget akan merangsang otak berada pada posisi waspada
dan tegang. Sehingga, tidur menjadi tidak nyenyak. Selain itu, layar smartphone
atau komputer yang menyala menjelang waktu tidur akan mengganggu ritme alami
tubuh, menekan produksi hormon melatonin yang membuat mengantuk, dan membodohi
tubuh untuk tetap waspada.
3] Obesitas. Inilah
yang terjadi jika tubuh tidak aktif bergerak selama diri kita berada di depan
layar gadgetuntuk bermain game, belanja online, ataupun bekerja sambil mengudap
makanan. Solusinya, sediakanlah waktu minimal 20 menit untuk berjalan kaki
setiap harinya.
Semoga bermanfaat.
Sumber : ummi-online.com