Bagikandakwah – Sahabat dakwah, tulisan ini berawal dari mendengar
ceramah mufti Zimbabwe, Ismail bin Musa Menk yang fasih dalam bahasa Inggris
itu. Seorang sahabatnya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, sehingga
diterima di Oxford University mengeluh tentang kegagalannnya dalam berumah
tangga. Hal ini dipicu oleh kegemarannya bermain gajet dan disibukkan dengan
melayani para followers melalui media sosial (medsos). Akhirnya isterinya
melarikan diri, karena merasa tidak diperhatikan dan tidak diutamakan.
Menurut saya kisah ini merupakan pelajaran berharga bagi
gajet dan medsos lovers. Tidak ada orang yang tidak terikat dengan perkembangan
teknologi mutaakhir ini. Termasuk pasangan suami isteri. Tanpa disadari
kegandrungan bermain gajet dan melayani media sosial (medsos) termasuk salah
satu penyebab keretakan rumah tangga. Di Amerika serikat, survei yang dilakukan
oleh American Academy Of Matrimonial Lawyers angka perceraian akibat media
sosial meningkat menjadi 80 persen. Demikian juga keadaan di Indonesia, menurut
laporan manadopostonline.com pada tahun 2016, angka perceraian akibat media
sosial (medsos) semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Menggunakan gajet dan medsos tidak dilarang, bahkan ianya
memiliki dampak positif yang sangat banyak seperti media untuk bersilaturrahim,
mengirim informasi dengan cepat, cepat tanggap terhadap sahabat-sahabat yang
kesusahan dan lain-lain. Namun ketika tidak bijak menggunakannya maka akan
dijangkiti gangguan psikis seperti cemas meninggalkan followers (social anxiety
disorder), terlalu terikat dengan ponsel (obsessive compulsive disorder),
terikat dengan mengupdate kehidupan orang lain (fear of missing out). Bagi
pasangan suami isteri efek negatifnya melupakan keluarga, sarana selingkuh,
mengumbar masalah rumah tangga dan sederetan efek negatif yang lain.
Gadget dan medsos adalah pihak ketiga yang masuk menyusup ke persada rumah tangga, maka
berwaspada dan berhati-hatilah. Jangan sampai gadget dan media sosial (medsos)
menghancurkan rumah tangga yang dibangun dengan komitmen suciMitsaqan Ghaliza
(perjanjian yang kokoh). Allah SWT berfirman: “Bagaimana kamu akan mengambilnya
kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain
sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu
perjanjian yang kuat.” (QS An Nisa 4: 21). Perjanjian yang kokoh ini diulangi
kembali oleh Rasulullah SAW dalam wasiatnya pada haji wada iaitu perjanjian
berdasarkan amanah dari Allah SWT. Associate Prof, Mustaffa Abdullah, penulis
buku Khazanah Tafsir di Malaysia pernah berpesan tindakan apapun yang dilakukan
jangan pernah melupakan kekuatan internal karena Allah SWT.
Maka per gaulan suami isteri harus selalu dikembalikan
serinya, membangun komunikasi yang intens di antara kedua pasangan.
Berwaspadalah supaya gajet dan media sosial (medsos) tidak memutuskan tali Mitsaqan Ghaliza. Syeikh Muhammad Sayyid
Tantawi dalam tafsir al-Wasit menyebutkan bahawa untuk membangun kekohohan
rumah tangga dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu komunikasi yang baik,
memberi perhatian dan memunculkan penampilan yang menyenangkan pasangan.
Beliau juga menyebutkan realitas kehidupan nabi Muhammad SAW
bersama istrinya. Nabi Senantiasa berwajah ceria (da’im al-Bisyr), bersenda
gurau (muda’abah) dan bersikap lembut
(lutfh) kepada para isterinya. Bahkan pernah nabi berkejar-kejaran
bersama ummul mukminin Aisyah, terkadang nabi yang mendahului pada kali yang lain Aisyah pula yang menang.
Menurut Tantawi Nabi juga tidak jarang menyempatkan makan malam bersama dan
bercerita sebelum tidur. Apabila hal ini disadari oleh suami isteri, maka kehadiran
pihak ketiga berupa gadget dan media sosial (medsos) tidak menjadi masalah,
karena pasangan suami isteri dapat mengatur waktu. Kapan waktunya menggunakan
gadget dan media sosial (medsos) dan kapan jadwal bersama pasangan. Tentunya
waktu bersama pasangan harus lebih diperioritaskan.
Semoga bermanfaat
Sumber : ummi-online.com