Bagikandakwah – Sahabat dakwah, Meski kita adalah mahluk
yang paling sempurna dengan kelima panca indera. Manusia tetaplah mahluk yang
bersifat lemah, membutuhkan perlidungan dan pertolongan. Kemampuan dan
pengetahuan manusia hanya terbatas pada lima indera, karena itu banyak
peristiwa terjadi diluar jangkauan kita.
Makanya kita diharuskan meminta tolong kepada Tuhannya,
melalui ibadah dan doa.
Janganlah pernah putus asa jika Tuhanmu adalah Allah. Cukup
ketuklah pintunya dengan doamu yang tulus.
Hiaslah do'amu dengan berhusnudzon kepada Allah Yang Maha
Suci. Lalu yakinlah dengan pertolongan yang dekat dariNya.
Kisah yang menggetarkan hati ini tampaknya sangat cocok
untuk menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan doa, seperti disadur dari situs
www.muslm.org, diterjemahkan oleh Ustadz Firanda Andirja seperti dilansir dari
situs firanda.
Begini kisahnya “ Seorang istri menceritakan kisah suaminya
pada tahun 1415 H, ia berkata :
Suamiku adalah seorang pemuda yang gagah, semangat, rajin,
tampan, berakhlak mulia, taat beragama, dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Ia menikahiku pada tahun 1390 H. Aku tinggal bersamanya (di
kota Riyadh) di rumah ayahnya sebagaimana tradisi keluarga-keluarga Arab Saudi.
Aku takjub dan kagum dengan baktinya kepada kedua orang
tuanya. Aku bersyukur dan memuji Allah yang telah menganugerahkan kepadaku
suamiku ini. Kamipun dikaruniai seorang putri setelah setahun pernikahan kami.
Lalu suamiku pindah kerjaan di daerah timur Arab Saudi.
Sehingga ia berangkat kerja selama seminggu (di tempat kerjanya) dan pulang
tinggal bersama kami seminggu.
Hingga akhirnya setelah 3 tahun, dan putriku telah berusia 4
tahun… Pada suatu hari yaitu tanggal 9 Ramadhan tahun 1395 H tatkala ia dalam
perjalanan dari kota kerjanya menuju rumah kami di Riyadh ia mengalami
kecelakaan, mobilnya terbalik.
Akibatnya ia dimasukkan ke Rumah Sakit, ia dalam keadaan
koma. Setelah itu para dokter spesialis mengabarkan kepada kami bahwasanya ia
mengalami kelumpuhan otak. 95 persen organ otaknya telah rusak.
Kejadian ini sangatlah menyedihkan kami, terlebih lagi kedua
orang tuanya lanjut usia. Dan semakin menambah kesedihanku adalah pertanyaan
putri kami (Asmaa') tentang ayahnya yang sangat ia rindukan kedatangannya.
Ayahnya telah berjanji membelikan mainan yang disenanginya…
Kami senantiasa bergantian menjenguknya di Rumah Sakit, dan
ia tetap dalam kondisinya, tidak ada perubahan sama sekali.
Setelah lima tahun berlalu, sebagian orang menyarankan
kepadaku agar aku cerai darinya melalui pengadilan, karena suamiku telah mati
otaknya, dan tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya.
Yang berfatwa demikian sebagian syaikh -aku tidak ingat lagi
nama mereka- yaitu bolehnya aku cerai dari suamiku jika memang benar otaknya
telah mati. Akan tetapi aku menolaknya, benar-benar aku menolak anjuran
tersebut.
Aku tidak akan cerai darinya selama ia masih ada di atas muka
bumi ini. Ia dikuburkan sebagaimana mayat-mayat yang lain atau mereka
membiarkannya tetap menjadi suamiku hingga Allah melakukan apa yang Allah
kehendaki.
Akupun memfokuskan konsentrasiku untuk mentarbiyah putri
kecilku. Aku memasukannya ke sekolah tahfiz al-Quran hingga akhirnya iapun
menghafal al-Qur'an padahal umurnya kurang dari 10 tahun.
Dan aku telah mengabarkannya tentang kondisi ayahnya yang
sesungguhnya. Putriku terkadang menangis tatkala mengingat ayahnya, dan
terkadang hanya diam membisu.
Putriku adalah seorang yang taat beragama, ia senantiasa
sholat pada waktunya, ia sholat di penghujung malam padahal waktu itu ia masih
kecil yaitu sejak umurnya belum 7 tahun.
Aku memuji Allah yang telah memberi taufiq kepadaku dalam
mentarbiyah putriku, demikian juga neneknya yang sangat sayang dan dekat
dengannya, demikian juga kakeknya rahimahullah.
Putriku pergi bersamaku untuk menjenguk ayahnya, ia meruqyah
ayahnya, dan juga bersedekah untuk kesembuhan ayahnya.
Pada suatu hari di tahun 1410 H, putriku (kini berusia 19
tahun) berkata kepadaku : Ummi biarkanlah aku malam ini tidur bersama
ayahku...Setelah keraguan menyelimutiku akhirnya akupun mengizinkannya.
Putriku bercerita : Aku duduk di samping ayah, aku membaca
surat Al-Baqoroh hingga selesai. Lalu rasa kantukpun menguasaiku, akupun
tertidur.
Aku mendapati seakan-akan ada ketenangan dalam hatiku,
akupun bangun dari tidurku lalu aku berwudhu dan sholat –sesuai yang Allah
tetapkan untukku-.
Lalu sekali lagi akupun dikuasai oleh rasa kantuk, sedangkan
aku masih di tempat sholatku. Seakan-akan ada seseorang yang berkata kepadaku;
"Bangunlah…!!, bagaimana engkau tidur sementara
Ar-Rohmaan (Allah) terjaga??, bagaimana engkau tidur sementara ini adalah waktu
dikabulkannya doa, Allah tidak akan menolak doa seorang hamba di waktu
ini??"
Akupun bangun…seakan-akan aku mengingat sesuatu yang terlupakan…lalu
akupun mengangkat kedua tanganku (untuk berdoa), dan aku memandangi ayahku
–sementara kedua mataku berlinang air mata-.
Aku berkata dalam do'aku, "Yaa Robku, Yaa Hayyu (Yang
Maha Hidup)…Yaa 'Adziim (Yang Maha Agung).., Yaa Jabbaar (Yang Maha Kuasa)…,
Yaa Kabiir (Yang Maha Besar)…, Yaa Mut'aal (Yang Maha Tinggi)…, Yaa Rohmaan
(Yang Maha Pengasih)…, Yaa Rohiim (Yang Maha Penyayang)…, ini adalah ayahku,
seorang hamba dari hamba-hambaMu, ia telah ditimpa penderitaan dan kami telah
bersabar, kami Memuji Engkau…, kemi beriman dengan keputusan dan ketetapanMu
baginya…
Ya Allah…, sesungguhnya ia berada dibawah kehendakMu dan
kasih sayangMu.., Wahai Engkau yang telah menyembuhkan nabi Ayyub dari
penderitaannya, dan telah mengembalikan nabi Musa kepada ibunya…
Yang telah menyelamatkan Nabi Yuunus dari perut ikan paus,
Engkau Yang telah menjadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi
Ibrahim…sembuhkanlah ayahku dari penderitaannya…
Ya Allah…sesungguhnya mereka telah menyangka bahwasanya ia
tidak mungkin lagi sembuh…Ya Allah milikMu-lah kekuasaan dan keagungan,
sayangilah ayahku, angkatlah penderitaannya…"
Lalu rasa kantukpun menguasaiku, hingga akupun tertidur
sebelum subuh. Tiba-tiba ada suara lirih menyeru.., "Siapa engkau?, apa
yang kau lakukan di sini?".
Akupun bangun karena suara tersebut, lalu aku menengok ke
kanan dan ke kiri, namun aku tidak melihat seorangpun.
Lalu aku kembali lagi melihat ke kanan dan ke kiri…,
ternyata yang bersuara tersebut adalah ayahku…
Maka akupun tak kuasa menahan diriku, lalu akupun bangun dan
memeluknya karena gembira dan bahagia…, sementara ayahku berusaha menjauhkan
aku darinya dan beristighfar.
Ia berkata, "Ittaqillah…(Takutlah engkau kepada Allah….),
engkau tidak halal bagiku…!". Maka aku berkata kepadanya, "Aku ini
putrimu Asmaa'".
Maka ayahkupun terdiam. Lalu akupun keluar untuk segera
mengabarkan para dokter. Mereka pun segera datang, tatkala mereka melihat apa
yang terjadi merekapun keheranan.
Salah seorang dokter Amerika berkata –dengan bahasa Arab
yang tidak fasih- : "Subhaanallahu…".
Dokter yang lain dari Mesir berkata, "Maha suci Allah Yang telah
menghidupkan kembali tulang belulang yang telah kering…".
Sementara ayahku tidak mengetahui apa yang telah terjadi,
hingga akhirnya kami mengabarkan kepadanya. Iapun menangis…dan berkata;
Sungguh Allah adalah Penjaga Yang terbaik, dan Dialah yang
Melindungi orang-orang sholeh…, demi Allah tidak ada yang kuingat sebelum
kecelakaan kecuali sebelum terjadinya kecelakaan aku berniat melaksanakan
sholat dhuha, aku tidak tahu apakah aku jadi mengerjakan sholat duha atau
tidak..??
Sang istri berkata : Maka suamiku Abu Asmaa' akhirnya
kembali lagi bagi kami sebagaimana biasnya yang aku mengenalinya, sementara
usianya hampir 46 tahun.
Lalu setelah itu kami pun dianugerahi seorang putra,
Alhamdulillah sekarang umurnya sudah mulai masuk tahun kedua.
Maha suci Allah Yang telah mengembalikan suamiku setelah 15
tahun…, Yang telah menjaga putrinya…, Yang telah memberi taufiq kepadaku dan
menganugerahkan keikhlasan bagiku hingga bisa menjadi istri yang baik bagi
suamiku…meskipun ia dalam keadaan koma…
Maka janganlah sekali-kali kalian meninggalkan do'a…,
sesungguhnya tidak ada yang menolak qodoo' kecuali do'a…barang siapa yang
menjaga syari'at Allah maka Allah akan menjaganya.
Jangan lupa juga untuk berbakti kepada kedua orang tua… dan
hendaknya kita ingat bahwasanya di tangan Allah lah pengaturan segala
sesuatu…di tanganNya lah segala taqdir, tidak ada seorangpun selainNya yang
ikut mengatur…
Ini adalah kisahku sebagai 'ibroh (pelajaran), semoga Allah
menjadikan kisah ini bermanfaat bagi orang-orang yang merasa bahwa seluruh
jalan telah tertutup, dan penderitaan telah menyelimutinya, sebab-sebab dan
pintu-pintu keselamatan telah tertutup…
Maka ketuklah pintu langit dengan do'a, dan yakinlah dengan
pengabulan Allah….
Demikianlah kisahnya. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari
kisah diatas.. dan semoga menginspirasi
Sumber : wajibbaca