Bagikandakwah – Sahabat dakwah, siapa yang tahu bahwa Masjid
Al-Aqsha gencar menjadi rebutan orang-orang Israel. Al-Aqsha juga mempunyai
peran sentral dalam perkembangan peradaban manusia, karena sejak dahulu tempat
ibadah ini menjadi tempat tersebarnya syiar-syiar para Nabi, berada di kota
yarusalem. Sebuah kota yang menjadi saksi di utusnya para Nabi untuk berdakwah
disana.
Al-Aqsha artinya jauh, yaitu jauh dari Masjidil Haram.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam. Dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami
berkahi agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetaui” (Q.S.
Al-Isra: 1)
Nama sebutan lain untuk masjid Al-Aqsha adalah Al-Ardhu
Al-Mubarakah, yang artinya tanah penuh dengan keberkahan.
“Dan (telah kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat
kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah
memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al-Anbiya:
81)
Mengapa disebut pebuh keberkahan? Karena di tempat ini
banyak yang di utus untuk menjadi Nabi dan Rasul, selain itu Allah memberkahi
penduduknya, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang ada di dalamnya.
Nama lainnya untuk Al-Aqsha adalah Baitul Maqdis yaitu
tempat suci.
Kawasan-kawasan resmi masjid Al-Aqsha meliputi seluruh area
suci yang dikelilingi oleh dinding-dindingnya, yaitu seluruh area yang di
pagarai atau dikelilingi tembok.
Lalu berapa luas masjid Al-Aqsha? yaitu seluas 144.000 m2,
tembok-tembok pembatasnya memiliki panjang sekitar 491 meter di bagian barat,
462 meter di bagian timur, 310 meter di bagian utara, 281 di bagian selatan.
Luas masjid Al-Aqsha ini tidak bertambah atau pun berkurang dalam kurun
sejarahnya.
Lalu, mengapa masjid ini di perebutkan? Apa sajakah
keutamaan dari Al-Aqsha?
Al-Aqsha adalah kiblat utama Islam sebelum Ka’bah
“Dahulu Rasulullah shalat di Mekah dengan menghadap Baitul
Maqdis dan Ka’bah beliau posisikan di hadapannya. Setelah 16 bulan dari hijrah
beliau ke Madinah, beliau shalat dengan menghadap Ka’bah” (H.R. Ahmad)
2. Pahala orang yang shalat di wilayah masjid Al-Aqsha akan
di lipat gandakan
“Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat di
masjid Al-Aqsha, dan masjid Al-Aqsha adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir
tiba di suatu masa, dimana seseornag memiliki tanah seukuran tali kekang
kudanya, dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis, hal itu lebih baik baginya
dari dunia seluruhnya atau beliau mengatakan lebih baik dari dunia dan segala
yang ada di dalamnya” (H.R. Hakim dan Dishahihkan oleh Adz-Dzahabi)
Jadi, jika shalat di masjid Nabawi setara dengan 1000 kali
shalat di tempat lain, dan shalat di masjid Al-Aqsha setara dengan 250 kali
shalat di tempat lainnya.
3. Tempat Isra Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam. Dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami
berkahi agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetaui” (Q.S. Al-Isra:
1)
Dan pada Isra itulah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wassalam menjadi imam shalat bagi para nabi, hal ini menunjukan betapa
berkahnya tempat ini.
4. Al-Aqsha adalah permukaan bumi yang dipilih Allah menjadi
tempat landasan dari bumi menuju Sidratul Muntaha
“Dibawakan kepadaku Buraq. Ia adalah hewan tunggangan yang
berwana putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari binghal. Ada
tanda di setiap ujungnya” beliau melanjutkan “Aku mengikat Buraq itu disalah
satu pintu Baitul Maqdis, tempat dimana para nabi mengikat hewan tunggangan
mereka. Kemudian aku masuk kedalamnya dan shalat dua rakaat, setelah itu aku
keluar dari masjid, lalu Jibril mendatangiku dengan membawa bejana yang berisi
khamr dan susu. Aku memilihh yang berisi susu lalu Jibril berkata ‘Engkau telah
memilih fitrah’ setelah itu, kami pun Mi’raj menuju langit” (H.R. Muslim)
Masjid Al-Aqsha adalah milik umat Islam karena merupakan
warisan dari risallah langit yang kemudian disempurnakan oleh ajaran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Syariat Islam juga
mengimani para Rasul, kita-kitabnya, dan membenarkan inti dari ajaran para
Rasul tersebut.
“Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab sebelumnya itu” (Q.S. Al-Maidah:
48)
Keimanan kepada para Nabi dan Rasul serta kitab-kitab yang
Allah turunkan menjadi bagian dari rukun keimanan islam. Oleh karena itu
orang-orang yang telah mengingkari ajaran-ajaran Nabi dan Rasul tidak patut
mengklaim berhak atas Al-Aqsha
Wallahu A’lam Bishawab
Sumber
: hijaz.id