Bagikandakwah – Sahabat dakwah, Pernahkah kita mendengar
ungkapan seperti ini: "Aku sudah lama sabar sama kamu, tapi karena aku
sabar selama ini, kamu menginjak-injak kepalaku, aku tidak bisa sabar lagi,
sabarku juga punya batas." Pastinya semua orang pernah mendengarnya
Sahabat Dakwah, pernahkah ada perasaan dan kata-kata
seumpama itu di hati kita? Atau di fikiran kita? Atau mungkin membaca atau
mendengarnya di sekitar kita?
Lalu, saya ingin tanyakan, benarkah pengertian sabar seperti
itu?
Sahabat pembaca yang disayang Allah, kita diinjak-injak oleh
orang lain, atau kita dicemooh dan dihina oleh orang lain, itu bukan karna kita
sabar, tapi karna Allah ingin menguji kita.
Apakah kita benar-benar sabar dan ikhlas atas kesabaran
kita? Atau kita sebenarnya cuma pendam?
Naah, inilah yang harus kita perhatikan. Banyak orang
mengklaim, kalau dia selama ini sudah begitu sabar dengan diam, tak membalas,
tidak memberi reaksi atau respon atas
kejahatan atau keburukan yang dilakukan orang ke atasnya, namun benarkah dia
sabar?
Sahabat pembaca yang disayang Allah, bila selama ini kita
merasa sabar namun akhirnya suatu waktu kita meledak, kita sebenarnya belum
sabar, tapi kita selama ini hanya memendam.
Kenapa?
Banyak alasannya.
Sabar tidak akan bisa meledak, karna ia tidak pernah
menyimpan atau memendam apa-apa dalam hati dan fikirannya. Ia maafkan dan
lupakan, atau ia abaikan bila ia terkait sesuatu yang rasanya tak terlalu
penting untuk ia respons. Jadi, tak ada bara dalam dirinya apalagi bom yang
bisa membuat kapan-kapan ia meledak.
Bukanlah berarti orang yang sabar itu, dia tidak sensitif
sama sekali, tidak peduli, atau tidak responsif. Dia bisa saja merasa
tersinggung atau marah misalnya, tapi lihat bagaimana seseorang yang sabar
mengendalikan hati dan fikirannya dalam menghadapi situasi dan keadaan-keadaan
yang tidak menyenangkan itu.
Ketika seseorang sudah membiasakan diri untuk sabar,
lama-kelamaan dia otomatis bisa tenang dan tidak ambil pusing lagi tentang
hal-hal tersebut. Bahkan, lebih mulianya lagi dia dengan spontan bisa mendoakan
kebaikan pada orang yang berbuat kejahatan terhadapnya.
Sabar bukan bererti diam. Namun, diam adalah salah satu cara
dan jalan untuk sabar sesuai keadaan yang memerlukan kita diam.
Orang sabar tidak pasif, tapi aktif. Sekalipun dia diam
misalnya, di sisi lain dia bertindak. Misalnya ia berusaha memaafkan, berusaha
mendoakan, berusaha mencari jalan keluar dan penyelesaian, dan seumpamanya.
Sedang orang yang pendam lebih bersifat pasif. Menyimpan semuanya dalam hati,
dan menutupnya rapat-rapat sampai suatu saat akhirnya ia meledak.
Sabar tidak ada limit atau had. Tapi pendam ada had. Ketika
tubuhnya terlalu panas, jiwa dan hatinya terbakar, fikirannya jadi kacau dan
keliru, akhirnya ia akan meledak.
Jadi, bagaimana sahabat pembaca sekalian? Apakah kita sudah
pernah sabar selama ini? Atau kita cuma memendam perasaan?
Semoga Allah memberikan kita semua kekuatan untuk sabar ya.
Karna Allah selalu bersama-sama orang yang sabar. Maka sesiapa yang ingin Allah
bersamanya pasti ia akan selalu berusaha untuk sabar.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
“Tetapi orang yang bersabar dan
mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diutamakan.” (Asy-Syuuraa:43)
Memang, tidak mudah, yang penting kita punya niat dan
keazaman serta berusaha bersungguh-sungguh untuk menjadi orang yang sabar agar Allah
selalu bersama kita.
Semoga bermanfaat