Bagikandakwah – Sahabat dakwah, Sedekah tidaklah mungkin
mengurangi harta … Yakinlah saudaraku!
Dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda padaku,
لاَ تُوكِي فَيُوكى عَلَيْكِ
“Janganlah engkau menyimpan
harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rizki
untukmu.”
Dalam riwayat lain disebutkan,
أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah
engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak,
maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut[1]. Janganlah menghalangi
anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan
kemurahan untukmu.”[2]
Kisah nyata ini patut kita simak “ Malam itu, saya hendak
beranjak menuju tempat tidur. Selain lelah, mata juga sudah mengantuk. Malam
juga makin larut. Meski masih ada yang harus dikerjakan, saya memilih berhenti
dan berniat melanjutkannya esok hari. Agar stamina lebih bugar.
Saat hendak mengisi ulang baterai ponsel, ada pesan yang
masuk. Dari seorang kawan, pelanggan buku, sekaligus mentor bisnis yang galak.
Laki-laki ini berasal dari sebuah daerah di Jawa Timur.
“Gan, saya mau cerita sebentar.” pesannya.
Saya menjawab santai, “Yo, cerito wae.” (Ya, silakan cerita
saja)
Pagi itu, ia hanya memiliki uang dua ratus lima puluh ribu.
Menjadi hal yang biasa, mereka yang usahanya maju memang memilih hidup
sederhana. Uangnya berputar, asetnya dalam bentuk barang, piutangnya
dimana-mana.
Apalagi di akhir bulan, banyak piutang yang belum dibayar.
Hingga uang tunai pun benar-benar terbatas. Disiapkan sesuai kebutuhan.
“Pas uang tinggal segitu, ada investor yang menghubungi. Dia
minta dana investasinya. Mendadak karena ada keperluan.” lanjutnya. Saya
menyimak santai.
“Ngobrol lama, tidak bisa negosiasi. Dia minta 14 juta.
Harus hari itu. Tidak bisa menawar.”
Di tengah kebingungan yang dialami, ia memiliki kebiasaan
yang terbilang langka bagi manusia masa kini. Ia yang bersemangat mempelajari
Islam ini langsung teringat dengan hadits tentang tiga orang yang terjebak di
dalam gua.
Tiga orang itu memohon kepada Allah Ta’ala dengan
menyebutkan amalan-amalan unggulan yang pernah dilakukan. Ini mafhum disebut
sebagai washilah. Setelah mereka menyebutkan amalan unggulan masing-masing,
pintu gua benar-benar terbuka. Mereka bisa keluar dengan selamat.
“Ya Allah,” doa si laki-laki sembari tersungkur, “jika
memang infaq 170 ribu untuk masjid kemarin itu ikhlas karena-Mu, mohon
angkatlah beban ini.”
laki-laki itu pun mengambil air wudhu. Shalat. Bertepatan
dengan waktu Dhuha.
Saya masih setia mendengarkan kisahnya, hingga ia
menuturkan, “Sekitar jam 10 lebih 15 menit, ada saudara yang menelepon. Dia
akan memberikan investasi sebesar 18 juta. Tunai. Diantarkan saat itu juga.”
Saya takjub membaca kisah yang dituturkan oleh laki-laki
ini. Sungguh, kisah-kisah nyata jenis ini amat banyak. Kita hanya perlu
meluruskan niat, agar kembalian infaq-infaq kita di dunia juga berujung pada
pahala di akhirat.
Sebab jika niat beramal hanya untuk perkara dunia, maka
tiada bagian baginya di akhirat kelak. Dan siapa yang beramal untuk akhirat,
maka Allah Ta’ala akan memberikan baginya dunia sebagai bonusnya.
Namun, ada pula yang tidak mendapatkan bagian dunia. Sebab
semua pahalanya diganti dengan yang lebih baik atau sudah ditunggu oleh surga
di akhirat yang abadi.
Wallahu a’lam
Sumber: kisahikmah.com