Bagikandakwah – Sahabat dakwah, menjalin kehidupan rumah
tangga yang harmonis dan langgeng tidaklah mudah. Ada saja problema dalam
rumahtangga. Menjadi Suami yang Baik itu Bukan Menahan Diri Tidak Menyakiti
Istri Tapi Sabar Terhadap “Gangguan” Istri
Para ulama berkata:
ليس حسن الخلق مع المرأة كف الأذى عنها بل احتمال الأذى منها، والحلم على طيشها وغضبها، اقتداءً برسول الله صلى الله عليه وسلم
“Bukanlah termasuk akhlak suami
yang baik yaitu hanya menahan diri agar tidak menyakiti istri akan tetapi sabar
terhadap “gangguan” dari istri. Lembut menghadapi kekurangan dan kemarahannya.
Hal Ini adalah meneladani Rasulullah“. (Mukhtashar Minhajul Qashidin 2/12)
Merupakan hal yang
BIASA dan perlu dimaklumi oleh suami jika seorang istri tekadang “menganggu”
suaminya (ingat kadang-kadang lho, bukan sering).
- Misalnya kadang marah-marah atau mengomel dengan tanpa sebab
- Kadang memberatkan suami atau meminta sesuatu yang bukan pada tempatnya
- Kadang bersikap seperti kekanak-kanakan dan tidak bijaksana dengan suaminya
- Kadang mendahulukan perasaan dan emosi dibandingkan akal sehat, sehingga suami terkadang melihat sesuatu yang aneh dan mengganjal
- kelemahannya: terkadang mendahulukan perasaan dan emosi dibandingkan akal sehat
- Kelebihannya: perasaan yang mendalam cocok bagi fitrah istri sebagai ibu bagi anak-anak mereka. Dengan perasaan yang mendalam maka istri bisa sabar mendidik dan membesarkan anak-anak (coba saja para suami, pegang dan bayi anda setengah jam saja, pasti mulai tidak sabar)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ, لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ, فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ, وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا
“Sesungguhnya wanita diciptakan
dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau
ingin bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya
namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau
akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.”(HR. Muslim)
Jadi para suami harus menghadapinya dengan sabar dan lemah
lembut, jangan meluruskan yang bengkok dengan paksa sehingga akan
mematahkannya.
Perlu suami sadari adalah HAL YANG BIASA jika istri
TERAKADANG “mengganggu” suami.
Sehingga Islam mengingatkan kepada para istri agar banyak
mensyukuri kebaikan suami dan tidak lupa. Salah satu yang paling banyak
memasukkan wanita ke nereka adalah tidak mensyukuri kebaikan suami.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُرِيْتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ . قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ ؟ , قال: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ , لَوْ أَحْسَنْتَ إَلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ , ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا, قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْراً قَطُّ
“Telah diperlihatkan neraka
kepadaku, kulihat mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka telah kufur
(ingkar)!” Ada yang bertanya, “apakah mereka kufur (ingkar) kepada Allah?”
Rasullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menjawab, “Tidak, mereka mengingkari
(kebaikan) suami. Sekiranya kalian senantiasa berbuat baik kepada salah seorang
dari mereka sepanjang hidupnya, lalu ia melihat sesuatu yang tidak berkenan, ia
(istri durhaka itu) pasti berkata, “Saya sama sekali tidak pernah melihat
kebaikan pada dirimu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi perlu ketenangan dan akal sehat suami untuk
menghadapinya. Dihadapi dengan rumus
“Tetap saja suami yang minta
maaf”
- Suami salah, segera suami minta maaf kepada Istri
- Istri salah, suami membenarkan atau menegur, kemudian suami minta maaf kepada istri (misalnya minta maaf karena kurang perhatian atau kurang bisa mendidik)
Sekali iagi Istri seperti ini adalah istri yang BIASA yang
harus banyak dimaklumi oleh suami.
Akan tetapi ada istri yang LUAR BIASA, yaitu
-Istri yang malah meminta maaf dahulu kepada suaminya dan
mencari ridha suaminya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟قُلْنَا بَلَى يَا رَسُوْلَ الله كُلُّ وَدُوْدٍ وَلُوْدٍ، إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيْءَ إِلَيْهَا أَوْ غَضِبَ زَوْجُهَا، قَالَتْ: هَذِهِ يَدِيْ فِي يَدِكَ، لاَ أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى
“Maukah kalian aku beritahu
tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab: “Tentu saja wahai
Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang
penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya
marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan
bisa terpejam hingga engkau ridha.” (HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath dan Ash
Shaghir. Lihat Ash Shahihah hadits no. 3380)
-Berusaha menjaga dan menunaikan hak suami karena suami
adalah pinta menuju surga atau neraka bagi istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كُنْتُ آمُرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Sekiranya aku memerintahkan
seseorang untuk sujud kepada lainnya, niscaya akan kuperintahkan seorang istri
sujud kepada suaminya” . (HR. At-Tirmidziy , shahih Al-Irwa’ 1998)
-Berusaha mensyukuri kebaikan suami dan tidak melupakan sama
sekali
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِيْ عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat
seorang istri yang tidak mau berterima kasih atas kebaikan suaminya padahal ia
selalu butuh kepada suaminya” .[HR. An-Nasa’i, shahih, Ash-Shohihah 289)
Perlu para istri ketahui, Bukanlah maksud syariat Islam
memerintahkan agar istri lebih rendah dari suami tetapi semua orang sudah tahu
bahwa psikologis suami pasti ingin dihormati dan dipatuhi.
Jika suami sudah merasa dihormati oleh istri, maka suami
yang berjiwa hanif pasti akan sangat sayang kepada Istrinya.
Demikianlah semoga bisa bermanfaat dan semoga kami bisa
menerapkan ilmu ini.
Sumber: muslimafiyah.com