Bagikandakwah – Sahabat dakwah, Salah satu aktivitas yang
mesti dilewati dalam sebuah perjalanan panjang mencari jodoh adalah Dengan shalat
Istikharah, walaupun sebenarnya shalat istikharah sendiri tidak hanya untuk
mencari jodoh, namun pada tulisan kali ini kita akan membahas shalat Istikharah
dalam menentukan jodoh.
Ketika ada yang meminang, atau mungkin yang mengajak anda
taaruf tentu anda perlu kemantapan hati, agar jodoh yang datang adalah yang
terbaik, agar tidak ada penyesalan dikemudian hari.
Karena bicara soal jodoh bukanlah bicara hal yang sederhana,
hubungan yang dibangun bukan hanya untuk 1 atau 2 hari akan tetapi yang
dibangun adalah ikatan cinta kasih yang panjang, tentu harapannya hingga mati
dan ke syurga kelak.
Jadi diawal benar-benar dibutuhkan kemantapan hati,
keyakinan kalau itulah yang terbaik menurut Allah.
Istikharah adalah salah satu cara untuk mengetahui apakah
ini jodoh yang terbaik untuk kita atau bukan, namun selama ini menjadi “mitos”
bagi kita semua jika seseorang itu istikharah maka jawabannya adalah mimpi, ada
yang dia bermimpi dengan seseorang tersebut berdua dalam suatu tempat.
Ada juga yang dia bermimpi dengan orang tersebut menjadi
makmum dalam shalatnya berdua dan banyak lagi mimpi-mimpi yang ditemukan.
Benarkah demikian? benarkah jawaban Istikharah dalam bentuk mimpi?
Menikah dengan orang yang tepat adalah impian semua orang,
bertemu dengan imam yang mampu untuk menunjuk mengajari serta membimbing dalam
keimanan serta ketakwaan tentu menjadi harapan semua muslimah.
Yang menjadi rumit tentu memilih dan memastikan bagaimana
jodoh kita itu apakah orang yang terbaik, orang tepat atau bukan. Maka ada
beberapa ikhtiar yang mesti kita lakukan.
Ikhtiar yang pertama tentu memantaskan diri kita, karena
jodoh adalah cerminan diri. Bagaimana diri kita seperti itu jugalah jodoh kita
kelak sebagaimana yang termaktub dalam surah annur ayat 26 :
“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak
baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula.
Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang
baik.” (QS. an-Nur:26)
So, ikhtiar pertama yang dilakukan tentu adalah memantaskan
diri, meningkatkan ibadah, meningkatkan kapasitas keilmuan yang dibutuhkan
dalam pernikahan kelak.
Ikhtiar kedua yang dilakukan adalah meminta petunjuk pada
Allah SWT memilih jodoh dengan ilmu Allah, berdoa pada Allah minta diberi
petunjuk jodoh yang terbaik.
“Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan
ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta
kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku
tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu.
Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui
bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau
baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut
untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau
mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir
urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka
palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang
terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian
dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan
yang lainnya).
Ya, itu adalah doa shalat Istikharah, dalam ikhtiar kedua
ini kita memohon petunjuk pada Allah SWT, mohon ditunjukkan yang terbaik
menurut “ilmu Allah” bukan “ilmu kita”.
Karena keterbatasannya ilmu kita maka ditahap ini kita
diminta untuk berserah diri pada Allah, menyerahkan keputusan terbaik hanya
pada Allah.
Namun yang menjadi pertanyaannya adalah dalam bentuk apakah
Allah menunjukkannya? apakah dalam bentuk mimpi? seperti yang sering beredar
dalam masyarakat kita hari ini?.
Mengutip pendapat Imam An-nawawi tentang mimpi, beliau
mengatakan mimpi adalah perkara yang sangat lemah, apalah kualitas mimpi kita
apalagi kita bukan manusia yang dijamin oleh Rasulullah SAW.
Imam An-nawai juga menyampaikan mimpi kita adalah buah dari
hawa nafsu-hawa nafsu yang muncul dari alam bawah sadar kita maka sesungguhnya
janganlah kita meletakkan perkara yang haq ini pada perkara yang menduga-duga
seperti mimpi.
Jadi mimpi tidak bisa dan jangan dijadikan sebagai patokan
dari Istikharah kita. Jadi yang bisa menjadi ukuran dari Istikharah kita adalah
kemantapan serta keyakinan hati terhadap hal itu.
Ikhtiar ketiga yang dilakukan adalah meminta pendapat
orang-orang shalih atau shalihat apakah mereka guru ngaji, ustadz ataupun
ustadzah, karena orang-orang shaleh memiliki ketajaman mata hati serta firasat
yang mungkin tidak dimiliki oleh orang biasa.
Sahabat dakwah, Maka sudah semestinya sebelum memutuskan
jodoh kita, melakukan konsultasi dengan orang-orang shalih. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat. Terima kasih telah membaca artikel ini..
Sumber: elmina.id