Bagikandakwah – Sahabat dakwah, Pilih bawa anak atau pilih
kerja? Banyak ibu, mama muda, atau calon mama pusing dengan pilihan ini. Dan kebanyakan
lagi mereka lenih memilih berkarir daripada menjadi ibu rumahtangga full dan
dapat mendidik anaknya dengan baik
3 tahun pertama memang sebaiknya dibawa sendiri karena masih
terlalu kecil, namun dengan begitu pekerjaan pasti terkorbankan. Kalau kasih ke
orang lain urus, takutnya anak jadi gak deket sama kita. Kalau dihadapkan
dengan kondisi seperti ini, apa pilihanmu?
“Seberapa besar keberhasilan orang tua tidak bisa
dibandingkan dengan keberhasilannya dalam mendidik anak!”
Mungkin kita merasa perlu bekerja keras demi memberi anak
kita kehidupan yang lebih baik, tapi mungkin yang benar-benar dibutuhkan anak
adalah ‘Anda ada untuknya’.
Apalagi mendidik anak tidak ada kata ‘nanti’, nanti sudah
besar sulit untuk berubah, karena itu apa-apa harus ditanamkan sejak kecil.
Semua anak terlahir sama. Namun, mengapa ada sebagian anak tumbuh besar menjadi
baik, sebagian lagi menjadi rusak?
“Pendidikan orang tua” adalah kuncinya! Tidak peduli berapa
banyak uang yang didapat, seberapa majunya usaha, kalau pendidikan anak tidak
tepat, pasti akan datang penyesalan di masa depan.
Meski kita tidak usah menghabiskan seluruh waktu kita untuk
mendidik anak, namun kita tidak boleh menelantarkan pendidikan anak hanya
karena sibuk cari duit! (Disinilah mengapa orang tua yang kaya sukses,
rata-rata anaknya rusak)
Pada masa anak-anak, mereka sangat mudah untuk ‘dibentuk’.
Mereka seperti sumber air, aktif dan tak terkendali, namun sekali diarahkan,
Anda bisa mengubah arusnya. Di luar sana, mengapa ada orang berguna, mengapa
ada orang membuat perubahan, disitulah peran pendidikan.
Anak lahir ke dunia ini tidak bisa memilih orang tua mereka.
Orang tualah yang melahirkan mereka ke dunia. Karena itu, selagi masih kecil,
berikan pendidikan yang baik, cukup Anda sebagai orang tuanya menemani, itu
adalah tanggung jawab yang paling penting. Ada orang bilang:
Anak itu seperti sebidang tanah,
Ditabur benih pemikiran akan memanen tindakan,
Ditabur benih tindakan akan memanen kebiasaan,
Ditabur benih kebiasaan akan memanen karakter,
Ditabur benih karakter akan memanen nasib!
Di Inggris ada satu keluarga yang semuanya keturunan
profesor. Mulai dari kakek moyang adalah seorang filusuf terpelajar yang rajin
dan tekun.
Cucunya ada 13 yang jadi kepala universitas, 100 yang jadi
profesor, 80 jadi penulis, 60 lebih jadi dokter, 1 jadi duta besar, dan 20 lagi
anggota parlemen.
Masih juga di Inggris, ada satu keluarga yang beda tapi
sama. Mulai dari kakek moyangnya yang seorang penjudi dan pemabuk terkenal.
Akhirnya sebanyak 8 generasi keturunan keluarga tersebut,
300nya menjadi pengemis dan gelandangan, lebih dari 400 kecanduan alkohol
kemudian cacat atau meninggal, 60 lebih jadi penipu dan pencuri, 7nya jadi
pembunuh, satu keluarga tidak ada yang beres.
Anak kelak jadi orang seperti apa, semua tergantung pada
pendidikan orang tua pada tahap awal pertumbuhan.
Anak adalah bayang-bayang orang tua, replika orang tua.
Untuk membentuk karakter baik pada anak, orang tua harus menjadi contoh dan
panutan yang baik. Baik buruknya perilaku anak adalah hasil ajaran orang tua.
Nasib anak berada di tangan orang tua. Kalau orang tua bisa
menuntut diri sendiri untuk menjadi contoh yang baik bagi anak, berusaha
membangun karakternya, secara aktif mengembangkan prospek masa depannya, itulah
keberhasilan terbesar orang tua.
Keberhasilan karir tidak sepadan dengan keberhasilan dalam
mendidik anak-anak menjadi orang hebat.
Selagi masih muda, jangan menganggap enteng pendidikan anak
dengan alasan sibuk, karena di masa tua nanti, seberapa kaya atau berkuasa
Anda, membesarkan anak yang gagal akan membuat Anda menyesal, tapi membesarkan
anak yang sukses dan berbakti akan membuat Anda benar-benar bahagia! Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat
Sumber: cerpen.co.id