Bagikandakwah - Apa sih DIFTERI itu kok bisa bahaya bagi
kesehatan? untuk lebih jelasnya lagi, simak penjelasannya ini. Agar kamu bisa
mengenali gejalah dan cara penyembuhannya.
Mengutip kliknews, Kementrian Kesehatan sudah menetapkan
"difteri" dengan kejadian luar biasa (KLB).
Sebab, hingga November 2017 lalu, penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae ini sudah memakan puluhan korban jiwa
di 20 provinsi.
Terdata, kasus ini sudah mewabah di 95 kabupaten dan kota
dari 20 provinsi. Totak terdapat 622 kasus, dan 32 di antaranya dinyatakan
meninggal dunia.
Pada kurun waktu Oktober hingga November 2017, ada 11
Provinsi yang telah ditetapkan sebagai KLB difteri, seperti Sumatera Barat,
Aceh, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Riau,
DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, di Pulau Sumatera
sudah terjadi 114 kasus, 5 di antaranya meninggal dunia. 474 kasus terjadi di
Jawa, 26 di antaranya meninggal dunia.
Di Kalimantan telah terjadi 13 kasus, dan satu meninggal
dunia. Di Pulau Sulawesi ada 11 kasus, dan Papua hanya satu kasus.
Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(UI) Jose Rizal Latief Batubara menjelaskan, difteri adalah penyakit infeksi
yang disebabkan bakteri Corynebacterium Diptheriae.
Bakteri ini menular dan berbahaya karena bisa mengakibatkan
kematian, lantaran menimbulkan peradangan pada lapisan dinding jantung bagian
tengah, gagal ginjal, gagal sirkulasi, gagal napas.
“Difteri itu gejalanya radang saluran nafas, ada selaput
putih dan gampang berdarah, dan toksinnya itu yang bahaya, bikin kelainan
jantung, meninggal,” katanya.
Adapun gejala dan tandanya berupa demam yang tidak begitu
tinggi, 38ÂșC, munculnya selaput di tenggorokan berwarna putih keabu-abuan yang
mudah berdarah jika dilepas, sakit saat menelan, adakalanya diikuti sesak napas
dan suara mengorok.
Pertolongan
Pertama Pada Difteri
1. Pergi ke dokter bila ada gejala Difteri.
2. Ada gejala: dilakukan pemeriksaan Swab (hidung atau
tenggorokan).
3. Hasil pemeriksaan akan di periksa di laboratorium. Bila
terbukti hasil pemeriksaan positif maka bisa diberikan terapi oleh dokter.
Pencegahan
Difteri
1. Memberikan kekebalan pada anak-anak dengan cara:
- Imunisasi DPT/HB untuk anak bayi. Imunisasi di berikan
sebanyak 3 kali yaitu pada saat usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
- Imunisasi DT untuk anak usia sekolah dasar (usia kurang
dari 7 tahun). Imunisasi ini di berikan satu kali.
- Imunisasi dengan vaksin Td dewasa untuk usia 7 tahun ke
atas.
2. Hindari kontak dengan penderita langsung difteri.
3. Jaga kebersihan diri.
4. Menjaga stamina tubuh dengan makan makanan yang bergizi
dan berolahraga cuci tangan sebelum makan.
5. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.
6. Bila mempunyai keluhan sakit saat menelan segera
memeriksakan ke Unit Pelayanan Kesehatan terdekat.
Pertolongan
terhadap difteri yang menyerang keluarga / teman:
1. Hindari kontak langsung dengan penderita difteri atau
karier (pembawa) difteri.
2. Lakukan pemeriksaan kesehatan diri dan anggota keluarga
ke fasilitas kesehatan terdekat.
3. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan rumah.
4. Penderita Difteri atau karier agar menggunakan masker
sampai sembuh.
Demikianlah tentang penyakit Difteri beserta cara pencegahan
dan mengobatinya.