Bagikandakwah - Imam al-Ghazali ulama sufi berkebangsaan Iran pernah menuliskan kisah yang sangat menarik dalam kitab Ihya’ Ulumiddin tentang perbincangan setan yang menggoda orang muslim dan setan yang menggoda orang kafir.
Setan kafir dengan postur gemuk, wangi, bersih lagi rapi lebih mapan dibanding setan muslim yang memiliki perawakan dekil, kurus, bau busuk dan bertelanjang.
Bertemulah keduanya, lalu setan kafir bertanya pada setan muslim sambil cengengesan: “Kenapa penampilanmu begitu?”
Setan muslim menjawab, “Tugasku setiap hari bersama orang muslim yang taat, yang setiap memulai tingkah lakunya diawali basmalah dan doa. Mau makan baca doa, sebelum tidur baca doa…”
Belum selesai menjawab, setan kafir langsung memotong, “Wajarlah begitu, tugasku setiap hari hanya menemani orang kafir yang tak pernah berdoa dan aku selalu menemani di setiap aktifitasnya.“
Sampai di sini sangat terang benderang, mengapa sejak kecil kita sudah diajari doa-doa, kita sudah dilatih untuk memulai segala aktifitas sehari-hari dengan membaca basmalah.
Bahkan, orang tua selalu menegur sekaligus mengingatkan anaknya yang lupa atau tidak baca doa.
Para orang tua biasanya menegur sang anak dengan alasan jika kita makan dan tidak memulai segala aktifitas dengan membaca doa dan basmalah maka setan akan ikut serta menemani kita.
Pelajaran yang sering disampaikan orang tua kepada sang anak sangatlah sederhana. Mulai dari membaca doa karena dianggap wujud kebaikan yang sangat mudah diraih.
Dengan membaca doa, berharap aktifitas yang kita lakukan berjalan lancar tanpa halangan baik dari manusia atau setan. Sementara menurut pepatah arab Doa adalah senjata ampuh seorang mukmin.
Merasa tak nyaman dengan cacian dan keadaan yang diterimanya pasca bertemu setan kafir, setan muslim langsung menghampiri Muhammad bin Wasik, seorang muslim yang taat.
Hal ini dilakukan, karena doa yang rutin dibaca selepas shalat subuh selalu mengusik setan dan meminta agar doanya tidak diajarkan kepada siapapun.
Tak main-main, demi menghentikan beredarnya doa tersebut, tepat di jalan menuju masjid, setan menampakkan wujudnya seperti manusia di hadapan Muhammad bin Wasik.
Sembari berujar “Apakah kau mengenaliku?” “Aku tak mengenalmu,” jawab ibnu wasik. “Aku setan,” jawab setan.
Mendengar jawaban tersebut ibnu wasik tak gentar sedikitpun, ia malah semakin menantang setan, apa yang kau mau? Aku hanya ingin doa yang rutin kau baca, jangan diajarkan dan disebar luaskan kepada siapapun, jawab setan. Demi allah, aku tak akan mencegah siapapun untuk mengetahui doa yang rutin aku baca setelah shalat subuh, jawab ibnu wasik.
Doa ibnu wasik untuk menyindir setan.
اللّهُمَّ إِنَّكَ سَلَّطْتَ عَلَيْنَا عَدُوًّا بَصِيْرًا بِعُيُوْبِنَا يَرَانَا هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا نَرَاهُمْ. اللّهُمَّ فَآيِسْهُ مِنَّا كَمَا آيَسْتَهُ مِنْ رَحْمَتِكَ وَقَنَّطَهُ مِنَّا كَمَا قَنَّطْتَهُ مِنْ عَفْوِكَ وَبَاعِدْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَحْمَتِكَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
إحياء علوم الدين 3/ 37
Allohumma innaka sallathta ‘alaina ‘aduwwan bashiron bi ‘uyunina yarona huwa wa qabiluhu min haitsu la narahum. Allohumma fa ayishu minna kama ayastahu min rohmatika wa qonnathtahu min ‘afwika wa ba‘id bainana wa bainahu kama ba‘adta bainahu wa baina rohmatika, innaka ‘ala kulli syain qodir.
“Ya Allah, engkau telah memberikan musuh yang bisa melihat aib kami. Sementara kami sendiri tidak bisa melihatnya. Maka putusasakanlah dia, sebagaimana engkau memutusasakannya dari rahmat-Mu. Ya allah, buatlah dia tunduk pada kami sebagaimana engkau menundukkan dia atas ampunan-Mu. Saling jauhkanlah kami dengan dia sebagaimana engkau menjauhkan dia dari rahmat-Mu. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Demikianlah Doa pengusir syetan, Mari selalu berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari Godaan syetan yang terkutuk.
Sumber: bincangsyariah.com