Bagikandakwah - Kita sebagai wanita paling sering diwanti-wanti untuk pandai
berbijaksana dalam menjaga mulut, sebab bagian tubuh yang paling mematikan
adalah mulut.
Oleh karena itu, mengapa perkataan yang keluar dari mulut
bisa dikatakan lebih tajam dari pedang jika pemiliknya tidak bisa menjaga
dengan baik dan bijaksana.
Tetapi meski mulut adalah hal yang selalu diwanti-wanti
terus menerus untuk diajari dan dijaga, kitapun harus menyadari satu hal, bahwa
terkadang mulut berbicara seadanya dan semaunya dikarenak kita tak pandai
menjaga telinga.
Jadi, mulai dari sekarang jangan hanya mulut yang harus
pintar diajari untuk bijaksana, tetapi telinga juga, sebab dari telinga pula
perkataan buruk itu tercipta.
Maka, pandailah menjaga telinga dengan baik dan bijaksana,
agar saat kita ingin menyampaikan informasi kepada orang lain tidak menjadikan
hal itu sebagai fitnah.
Karena informasi yang berupa “Katanya” akan menjadi sebuah
fitnah belaka, jika yang menyampaikan tak memperdulikan “Faktanya”.
Telinga Harus Tahu Kapan Dia Harus Mendengarkan Apa-Apa Yang
Seharusnya Ia Dengarkan
Ingat, berbijaksanalah menjaga amanah dari Allah, telinga
harus tahu kapan ia harus mendengarkan apa-apa yang seharusnya ia dengarkan,
jangan sampai segala informasi dimasukkan ditelinga, terlebih saat kita mendengarkan
orang lain bercerita.
Pandailah mendengarkan cerita yang disampaikan oleh orang
lain, apabila memang pembicaraannya mengarah kepada sesuatu yang mendosakan
seperti halnya “Bergosip” membicarakan kesalahan orang, maka lebih baik tidak
mendengarkan.
Telinga Harus Tahu Kapan Dia Harus Berlagak Tuli Dengan
Apa-Apa Yang Seharus Tidak Ia Dengarkan
Sebab apa? Sebab telinga harus tahu kapan dia harus berlagak
tuli dengan apa-apa yang seharurnya tidak ia dengarkan.
Maka, jangan gemari cerita atau informasi yang hanya
merugikan hati dan akhlaq kita, jika memang dituntut untuk mendengarkan hanya
karena takut menyinggung perasaannya apabila ditinggalkan.
Maka pandailah mengalihkan topik pembicaraan agar ia yang
gemar berbicara yang merugikan bisa tidak terus menerus dalam kesalahannya.
Telinga Harus Tahu Kapan ia Harus Mengabaikan Apa-Apa Yang
Semestinya Ia Abaikan
Telinga harus tahu kapan ia harus mengabaikan apa-apa yang
semestinya ia abaikan, seperti apakah sesuatu yang harus kita abaikan itu?
Yaitu cacian dan hinaan buruk orang lain, biarlah mereka
membenci, tetapi tidak dengan kita. Sebab itulah mengapa kita dituntut untuk
terus berakhalq mulia.
Karena dengan akahalq yang mendasar dihati maka sudah tentu
kitapun takkan semabarangan membawa diri, termasuk dalam menjaga menanggapi
perkataan buruk orang lain.
Telinga Harus Tahu Kapan Dia Harus Menjadikan Sesuatu Yang
Didengar Sebagai Pembelajaran Hidup Paling Berharga
Dan telinga juga harus tahu kapan dia harus menjadikan
sesuatu yang didengar sebagai pembelajaran hidup paling berharga, pekalah
terhadap kisah orang lain yang sekiranya bisa menjadikan kita hidup lebih baik
dari masa ke masa.
Karena pembelajaran hidup itu tak selamanya harus kita dapat
setelah mengalami dan memaknainya, sebab pandai memaknai hidup orang lain
dengan hanya sekedar mendengar kisahnya pun akan menjadi pembelajaran hidup
yang paling mengagumkan, apabila kita pandai menggunakan telinga kita sebagai
wadah informasi dengan baik dan bijaksana.
Sebab, Telinga Yang Kurang Bijak Bisa Mengikis Kebahagian
Hidup Pemiliknya
Ingatlah, untuk selalu ajari telinga bijaksana dalam
mendengarkan, sebab telinga yang kurang bijak bisa mengikis kebahagiaan hidup
pemiliknya.
Buktinya tak jarang hidup seseorang hina dan bahkan
dihinakan oleh orang lain saat ia tak pandai berbijaksana dalam mendengarkan,
sehingga dalam menyampaikan apa-apa yang didengar dengan seadanya.
Siapakah orang itu? Yaitu seseorang yang gemar mendengar
kesalahan orang lain, hingga akhirnya terbiasa bergosip dan menfitnah.
Sobat dakwah, Marilah kita selalu menjaga semua anggota tubuh kita dari terciptanya maksiat. Semoga Allah selalu memberi petunjuk bagi kita. Aamiin
sumber : humairoh.com